Kuliner selama di Natuna
Saya menjuluki Pian Tengah, desa penempatan saya kala jadi Pengajar Muda dulu adalah kampung kuliner. Alasannya saya suka banget sama makanannya. Meskipun ada teman saya yang kesulitan terhadap penyediaan bahan pangan, saya bersyukur bisa merasakan beberapa makanan asli warganya. Sebagian malah makanan warung biasa tapi karena ada fotonya jadi saya masukin sekalian.
Hanya ada beberapa foto dibawah ini, padahal masih banyak kue, makanan dan minuman yang tidak saya foto karena saking keasikan makan. Apalagi kalau pergi ke sebuah desa lain atau ikut kondangan biasanya nemu aja makanan unik.
Berikut saya kasih daftar makanan enak selama di Natuna.
![]() |
1. Bingke |
Tambul atau kue ini disajikan Ibu di rumah saya di Pian Tengah, rasanya seperti kue bakaran lainnya. Meski namanya sama dengan kue Bingka di Banjar, tapi beda rasa. Mungkin jumlah telur, tempat panggangan atau suhu panggangnya. Bingke yang ini lebih padat sedangkan di Banjar itu semacam bertekstur pluffy karena menggunakan banyak telur dan digoncang kuat-kuat.
![]() | |
2. Nasi Dagong |
Wah Nasi Dagong ini ikonik banget. Dimana-mana ada orang jual, bisa aja nemu di warung depan gang, samping jalan atau depan sekolahan. Harganya murah, seribuan sampai dua ribu rupiah perbungkus. Isinya cuman nasi yang dicampur dengan kacang hijau/kedelai beberapa sendok dan sepotong kecil ikan tongkol yang di gulai. Nasi Dagong ini favorit banget karena murah dan biasanya ketika sarapan di Ranai hanya beli dua bungkus sudah berasa kenyang. Target pembeli kayaknya sih memang untuk anak SD atau para pekerja yang punya prinsip sarapan sedikit it's okey to be not okey. Nasi Dagong biasa dijual dalam kemasan daun pisang dan dibentuk segitiga. Kadang isinya macam-macam, ada ikan atau ayam dengan berbagai olahan seperti gulai, kari atau yang lain.
![]() |
3. Sarapan hari biasa di rumah. |
Sebelumnya saya tidak pernah menyukai ikan dengan ukuran besar. Di rumah saya di Kalsel, saya selalu makan ikan yang ukurannya kecil, ikan paling besar adalah ikan yang seukuran telapak tangan. Di Natuna? jangan harap menemukan ikan berukuran kecil, karena pasti akan menjadi bahan guyonan dan tertawaan. Standar ikan orang natuna ya sebesar paha. Kucing disana saja makannya ikan segar sebesar tangan.
Hingga suatu hari, saat makan siang di rumah, ibu host saya menyajikan Ikan Tongkol goreng yang dimasak dengan cabe hijau dan garam sehingga rasanya terasa khas pedas-pedas asin dan enak. Sungguh olahan ikan terenak! Kadang, pelengkapnya adalah sayur berupa nenas bersantan yang dimasak pedas, gulai terong bersantan atau nangka muda dan tempe. Selama di Pian Tengah, saya baru pertama kali berani makan daun melinjo yang dimasak menjadi sayur bening namun terasa asin, ketule atau gambas yang ditumis asin pedas dan daun mengkudu yang disajikan menjadi urap. Enak! banget!
Hingga suatu hari, saat makan siang di rumah, ibu host saya menyajikan Ikan Tongkol goreng yang dimasak dengan cabe hijau dan garam sehingga rasanya terasa khas pedas-pedas asin dan enak. Sungguh olahan ikan terenak! Kadang, pelengkapnya adalah sayur berupa nenas bersantan yang dimasak pedas, gulai terong bersantan atau nangka muda dan tempe. Selama di Pian Tengah, saya baru pertama kali berani makan daun melinjo yang dimasak menjadi sayur bening namun terasa asin, ketule atau gambas yang ditumis asin pedas dan daun mengkudu yang disajikan menjadi urap. Enak! banget!
![]() | |||
4. Es Potong |
Saya lupa warga disana nyebut es ini apa. Rasanya ya seperti es potong yang biasa dijajakan pake gerobak, Oh iya di Pagatan namanya adalah Es Potong Encol. Idk why. Rasanya ya es santan dengan tambahan perasa coklat atau rasa lain. Dengan situasi Natuna yang panasss, makan es ini ditengah hari itu sungguh melegakan. Permasalahan strukturalnya adalah, tukang es-nya hanya lewat Pian Tengah sebulan sekali haha, alias es krim golongan rare, nih.
![]() |
5. Bekal para pencari cengkeh |
Saya bersyukur pernah ikut memanen cengkeh. Sebuah pengalaman yang sangat menarik. Saya dijemput subuh hari dan langsung berangkat menuju pulau tempat kebun cengkeh berada. Begitu sampai, satu pulau isinya cengkeh semua cuy sedang berbuah. Dari jauh sudah terlihat buah-buah cengkeh yang berukuran kecil tapi berwarna merah muda berteriak 'petik aku! petik aku!'. Perjalanan menempuh waktu kira-kira satu jam naik kapal kecil melewati selat-selat dengan laut bening yang dibawahnya banyak terumbu karang berwarna warni berbagai rupa. Dimana letaknya? Rahasia haha biar pulaunya tetap bersih, asri dan tidak banyak sampah. Para pemetik cengkeh membawa bekal banyak berantang-rantang. Satu untuk sarapan dan satu rantang nanti untuk makan siang. Bekalnya ya nasi dan ikan tongkol dimasak kering pake cabe. Sedop.
![]() | |
6. Sajian dari komunitas anak muda di Natuna |
Namanya Tabel Mando. Terbuat dari sagu dan sepertinya dibakar di atas wajan tanpa minyak. Jadinya apa dong nama prosesnya? dipanggang? Sagunya dicampur dengan bumbu dan ikan tongkol yang sudah disuwir-suwir. Kalau sudah matang, hm, cocol langsung saja ke sambal yang menurutku sambal Natuna banget, yaitu berupa ulekan halus cabe hijau dan garam. Menulis hal ini sambil membayangkan rasanya bikin air liur menetes.
![]() |
7. Latoh alias anggur laut |
Saya hanya seditkit mencoba merasakannya, karena ya rasanya hambar hahaha. Gak tau sih teman sepenempatan ada yang suka apa nggak. Tapi jarang juga sih lihat warga pada makan beginian banyak, paling kalo nemu dan tinggal lep. Media mem-branding latoh sebagai sashimi-nya Natuna yang menurutku kurang tepat, karena setahuku konsep Sashimi adalah ikan mentah, sedangkah Latoh adalah tumbuhan. Jadinya apa dong yang tepat? lalapan kali ya.
![]() |
8. Es Kelapa Muda |
Sesungguhnya, barang siapa ke Natuna tapi tidak minum es kelapa, sungguh merugilah orang tersebut. Bukan masalah 'ada khasnya gak?' atau 'Apakah sebagai penawar penyakit?' tapi ya karena kelapa banyak tumbuh, sekalian saja kan makan hasil bumi. FYI, kelapa dalam bahasa melayu Natuna menjadi 'Nyu'. Jadinya adalah es nyu.
Untuk minuman ini disajikan saat kumpul dengan komunitas pemuda yang ada di Natuna di sebuah rumah makan milik seorang guru yang masih muda, haha. Rumah makannya di pinggir pantai dan rasa es kelapanya : sedop!
Untuk minuman ini disajikan saat kumpul dengan komunitas pemuda yang ada di Natuna di sebuah rumah makan milik seorang guru yang masih muda, haha. Rumah makannya di pinggir pantai dan rasa es kelapanya : sedop!
![]() |
9. Menu ideal, Ayam sambal rujak. |
Ada satu warung yang menjadi salah satu favorit saya. Namanya Ken Dedes. Lokasinya dekat dengan basecamp tempat kami tinggal dan berkumpul kalau sedang di Ranai dan lokasi warung ini tidak jauh dari simpang tiga jalan Pramuka. Menu favorit saya adalah ayam sambal rujak, tetapi fotonya adalah lele lalapan, hehe, maafkeun. Selain itu, disini kayaknya satu-satunya yang jual Es Kesturi yang rasanya masam-masam segar.
Tempat ini menjadi favorit karena sering menjadi titik kumpul kalau lagi ada kegiatan di kabupaten atau baru balik dari desa atau minta jemput mobil mau ke desa. Saking seringnya kesini, saya pernah mendapat satu bungkus nasi ayam lalapan gratis 'Buat nanti di desa' kata Ibu pemiliknya.
![]() |
10. Bakso Malang, Jalan Pramuka |
Bosan makan ikan terus selama di Natuna, mau makan bakso juga adanya bakso ikan, ya keliling kota Ranai, eh ketemu warung Bakso di Jalan Pramuka dan komplit isinya seperti difoto. Harganya kalo gak salah ingat sekitar 15-20 rebu.
![]() |
11. Donat tabur kacang tumbuk. |
Saya ingat sekali, donat ini datang saat saya berkunjung ke salah satu rumah warga di Sedanau. Sore itu sambil ngobrol masalah olahraga voli yang bahkan saya tidak ahli, saya lebih memilih duduk dekat baki ini dan makan satu dua donat ini sambil minum kopi. Orang itu bilang memang dia sering sekali bikin donat pake kacang tumbuk. Yang saya suka adalah kacangnya beneran tumbuk halus, bukan kacang tumbuk kasar. Ya 11-12 sama gula halus lah hehe.
![]() |
12. Pempek Sedanau |
Pertama kali ke warung Pempek ini diajak oleh Ibu Sulis, seorang guru di SD tempat saya mengajar. Warungnya tidak terlalu ramai dan mereka berjualan di depan rumahnya yang hanya tersedia sekitar 5-6 meja. Mereka hanya menjual menu pempek. Makan pempek di Natuna? ya harus lah. Karena saya bukan pempek expert, jadinya ya rasanya enak, karena kualitas ikan Natuna yang segar-segar alias tinggal pungut bawah rumah pun dapat ikan segar, jadinya lebih berasa ikannya. Oh iya sambil minum es jeruk lah. Harganya sekitar 15rebu per porsi.
![]() |
13. Es Kacang Merah |
Nah ini salah satu warung pempek juga di Ranai. Letaknya lumayan jauh dari pusat kota. Nemu menu ini saat beli pempek dan hei ada patbingsu. Sekalian nyoba kan. Bagi yang suka nonton drama korea, pasti kenal dengan Patbingsu alias Es Kacang Merah. Saya mau nyoba karena kapan lagi makan es kacang merah di Natuna dan saya gak yakin akan nemu dimana lagi es beginian secara es ini tidak begitu populer. Seingat saya harganya dulu sekitar 7-10rebu per porsi.
![]() |
14. Ramen |
Nah ini hasil penelusuran bersama rekan sepenempatan yang suka blusukan juga nyari makanan-makanan aneh. Dita namanya. Hasilnya ketemu ruko yang jualan steak dan ramen. Wah di Natuna ada yang jualn beginian kan jadi penasaran. Untuk ramen saya agak kecewa karena mereka pake mie kuning hehe, saya berharap mereka beneran pake mie ramen yang tipis panjang itu dan kaldunya beneran yang .......... ya rasa ramen hehe. Hargnya kalau tidak salah sekitar 15rebuan.
![]() |
15. Kernas. |
Siapa yang berani tidak menyertakan Kernas ketika ngobrolin kuliner Natuna? Hah? Siapa orangnya? Cemilan/Lauk/Makanan/Gorengan favorit sepanjang tahun. Lihat ini di kondangan itu berasa trance sendiri haha. Fix sih ini narkoba jenis baru. Idenya sederhana, sagu butir dicampur bumbu dan ikan tongkol. Lalu digoreng. Mudah bukan?
Lalu dimana tempat yang jual Kernas paling enak?
Sepertinya warung di Pantai Tanjung, deh, alias ya jarang juga nemu warung makan yang jual begini kecuali warung yang dekat tempat wisata. Selebihnya ya nemu di rumah warga hehehe alias Pak bayu sering ditemukan di rumah warga yang sore itu sedang bikin Kernas hehe cande joook. Harganya kalau tidak salah seribuan deh per biji. Makanya itu murah ey.
Akhirnya selesai juga tulisan tentang kuliner Natuna part 1 yang sebenarnya bukan tulisan kuliner banget. Kebetulan saja foto makanannya ada dan sedikit menggali ingatan saya terhadap makanan ini. Lagipula 2017 sudah tiga tahun yang silam dan saya baru berani tulis sekarang karena sudah berusaha move on.
Kalaupun nanti ada kesempatan balik lagi ke Natuna, ya saya berharap bisa merasakan rasa makanan yang sama sekaligus mengabadikan makanan yang saya tidak sempat foto karena masuk perut duluan. Kayak Mie Lendir, Nasi Ayam Setengar atau Pia isi Nenas yang hanya dijual di Setengar.
Comments
Post a Comment