Berkunjung ke Mui Ne


Ketika masih di Ho Chi Minh, aku berdebat dengan Rizki tentang urusan menuju ke kota ini. Menurut google yang akhir-akhir ini terlalu kami percaya, bahwa jarak Ho Chi Minh dapat ditempuh dalam tiga-empat jam perjalanan. Sempat terpikir untuk menyewa sepeda motor saja dan road trip ke kota ini. namun, mengingat pasti akan capek banget dan belum lagi berkendara malam hari yang bikin khawatir tentang keselamatan diri sendiri.

Kami berdua pun mendatangi sebuah travel agen yang banyak menawarkan brosur. Pasti salah satu dari mereka ada travel yang bisa dipercaya dong. Lagian HCM – Mui Ne kan dekat. Sampailah kami tertarik oleh tawaran mas-mas yang membawa kami ke sebuah kios dengan dominan hijau. Wah dinding hijau ini mengingatkan anekdot kos hijau di Indonesia hehe. 

Mbak-mbak yang menawarkan kami berbagai paket yang terlihat mirip salah satu atlit bulu tangkis dengan gigih. Kami berdua memang tidak ada yang bisa menawar dengan tega haha, tapi lebih gak tega ditipu orang asing, apalagi saudara sebangsa ya haha. 

Akhirnya ambil paket ……. transport saja tanpa tur haha. lumayan irit beberapa dollar. 

Pada hari yang dijanjikan, kami berdua sudah dari pagi menunggu di depan kios tersebut. Bis besar pun datang. Akhirnya bisa merasakan juga sensasi sleeper bus pertama. Rasa dag dig dug pun datang. Biasanya kalau sudah gugup begini suka ceroboh. Harus bisa menahan diri sih, apalagi ini di negri orang. Takut-takut bawa nama buruk bagi bangsa hahaha. 

Sebelum masuk, supir bus akan memberikan kita kantong plastik yang berguna untuk membungkus sepatu kita. Iya, kita tidak diperkenankan mengotori lantai bus yang licin bagai tikar plastik rumahan tapi motifnya kayu. 

Komposisi busnya adalah 1-1-1 tapi terdiri dari dua tingkat. Aku dan Rizki mendapat tingkat dua yang berarti naiknya harus jinjit dan menginjak kasur bawah haha. Bagian atas kepala kita akan lebih tinggi daripada kaki kita sehingga membantu kita untuk tidur. Setelah semua penumpang masuk, sang kernet akan membagikan air mineral botolan dan selimut baru. Wah ini mah menyuruh kita untuk relaks. 

Bus berjalan lambat tapi pasti keluar dari kota Ho Chi Minh, yang saking lambatnya dalam waktu empat jam lebih baru tiba di Mui Ne. Begitu keluar bus, panas langsung menyengat karena kota ini berada di samping laut alias kota pantai. Oh iya, pool bus dari travel agen ini terletak 10 km dari pusat kota. Pintar ya strateginya. Biar penumpang tuh naik ojek lagi ke pusat kota.

Penumpang lain kemudian di jemput masing-masing mobil 4D untuk tur ke tempat-tempat wisata yang masuk terdalam paket. Kami berdua hanya bisa iri dan mencoba mencari dimana bisa menyewa sepeda motor dengan deal hanya pinjam 12 jam. Padahal kurang daripada itu tetapi ya mana ada yang mau kasih pinjam. 

Begitu dapat sewaan, hal pertama yang kami lakukan adalah makan siang gabungan dengan sarapan, karena tidak sempat. Sarapan di hotel disediakan jam 8an, sedangkan bus berangkat 7.30 pagi. Akhirnya hanya beli onigiri isi tuna –apaan sih ini makan onigiri di Vietnam-. 

Salah satu obyek wisata, desa Nelayan

Mui Ne tidak seperti kota besar lainnya yang punya banyak pilihan untuk makan. Eh sebenarnya ada banyak, hanya saja pilihannya dipersempit oleh faktor keimanan dan kehematan. Beruntungnya adalah tempat makan di Vietnam, rata-rata menaruh menu mereka di luar sehingga tamu bisa melihat dan memutuskan apakah masuk range budget mereka apa tidak. Seperti resto di mall-mall. 

Akhirnya kami memilih untuk makan siang di sebuah resto yang sedang penuh oleh turis lain. Sebuah rumah makan yang menyediakan makanan khas Arabian yaitu Kebab. Harganya murah dan porsinya besar. Penting nih. Oh iya, untuk penghematan bawalah selalu air minum sendiri ya. 

Kebab di Vietnam? Kenapa tidak?
Selanjutnya kami pergi ke Sand Dunes pertama yang punya warna pasir seperti pasir urukan tetapi luas. Tempatnya asik banget buat foto-foto. Seperti padang pasir lah. kurang backsound ayat-ayat cinta aja nih ditambah aksesoris berupa scarf motif surban kotak-kotak hitam putih ala-ala souvenir haji. 

Setelahnya? Sudah haha.

Karena masih banyak waktu tersisa sebelum waktu penjemputan oleh bis, kami keliling kota dan teringat belum sholat dzuhur. Nyari tempat yang sepi kok gak ada ya, akhirnya ketemu lah satu bangunan di ujung sebelum perempatan. Sebuah rumah ibadah dan depannya sedang ada orang nongkrong.

Rizki pun minta izin tuan rumah untuk minta izin beribadah. Beliau pun menyuruh anaknya untuk melayani kami dan anaknya yang masih sekolah SMP ini mengantar kami ke sebuah aula yang penuh dengan deretan kursi panjang. Asiknya adalah rumah ibadah begini pasti ada toilet bersih dan bisa sekalian wudhu daripada tayamum terus kangen juga dengan ritual skincare ini. Menurutku ini pilihan paling aman untuk sholat di gereja karena aku yakin pun mereka paham dengan ibadah muslim. Setidaknya tidak dilirik oleh orang lain. 

Bersama anaknya Pastor yang membolehkan ibadah di samping rumahnya

Karena bingung mau kemana lagi kami pun mencoba ke gurun satunya lagi yang terletak satu jam berkendara dari pusat kota. Jalan menuju gurun ini berupa jalan pinggir laut dengan angin yang kencang di salah satu sisi kita. Untuk yang naik motor mending bawa jaket tebal dah. Masuk angin di Vietnam susah obatnya bos.

Sesampainya di titik, ternyata gurun ini adalah arena offroad dan terletak di pinggir jalan. Sayangnya adalah kami datang di musim yang salah sehingga bunga teratai yang menggerombol di kolam dekat parkir belum mekar semua. Terkecoh Instagram hahaha. Para turis datang kesini dengan naik mini 4WD dan hanya kami berdua yang jalan kaki masuk ke area penuh pasir ini.

Rizki menyarankan untuk pergi ke dua tempat lagi mengingat masih ada waktu sebelum pukul 7 malam. Oke, sekarang jam 5 sore, memang masih ada waktu 2 jam lagi. Bisa banget pergi, namun sayangnya tempat pertama adalah sebuah tanjung yang terletak satu jam berkendara dari gurun ini, sedangkan ke titik penjemputan bus juga makan waktu satu jam.

Tempat lainnya yang disarankan adalah sebuah tempat wisata berupa walking tour menelusuri sungai melihat hasil erosi air yang membentuk kastil-kastil mini di dinding sungai yang ……… oke baik. Sempat melihat pintu masuk tempat wisata ini yang kesannya seperti ‘sengaja dibikin wisata seadanya’ jadi skip ae lah.

Mui Ne and Sand dunes

Akhirnya pulang saja lah. Menunggu bis datang. Jam 7 malam tepat bis datang dan meninggalkan kota Mui Ne yang sebenarnya pengen banget explore lebih banyak dan pasti banyak hal unik ataupun eksotis. Makanan, pasarnya atau dengerin dan menebak apa yang diomongin warga termasuk asik loh untuk setiap kota asing.

Beberapa hal random yang sempat terlihat saat tidur-tidur ayam di dalam bis adalah bis ini melewati sebuah komplek apartemen yang sepertinya adalah resort mahal dan menjemput penumpang. Kemudian melewati sebuah kota yang punya mall besar di depan bundaran kotanya. Selanjutnya meneruskan passion yaitu, tidur.

Tepat jam 11 lewat sedikit, bus tiba di depan kios travel agen kembali. Karena lupa makan malam akhirnya aku dan Rizki memesan kebab sebelum balik ke hostel. Waw, Mui Ne, cukup sehari datang tapi menyenangkan. Fakta unik adalah, dalam sehari, di Vietnam, makan makanan dari Negara lain haha, Onigiri, Kebab dan Kebab lagi. Lol.

Comments

Popular Posts