Bagaimana Menyikapi Wabah di Kota Kecil



Tulisan berikut ini hanya akan menyuarakan keresahan dan segenap kekhawatiran tentang wabah penyakit yang baru-baru ini terjadi. Bukan tentang tips atau apapun yang membantu kalian untuk selamat dari wabah ini, karena saya sadar saya bukan pemberi informasi pertama terkait hal tersebut. Lagipula, media sudah banyak ngasih info, kalian yang punya kesempatan untuk memilih, memilah dan percaya pada informasi tersebut. 

Pertama dengar berita tentang virus Corona ini ketika saya sedang berada di Jakarta. Diberitakan bahwa virus ini berasal dari hewan yang diduga adalah Kelelawar. Saya masih ingat, ini berita dikeluarkan sekitar minggu kedua bulan Januari 2019. Tepat beberapa hari setelah saya pulang dari luar negri. Lalu, orangtuaku menghubungi dan menyuruh pulang. Di bandara, belum ada kesiapan apa-apa, tapi aku tetap memakai masker sampai pulang ke rumah. 

Apakah khawatir? Awalnya nggak, namun setelah merebak jadinya sempat khawatir juga jangan-jangan aku terjangkit karena baru pulang dari luar negri dan melewati bandara, tetapi kan aku sudah lewat dari masa inkubasi dan tidak merasa sakit jadi aku merasa tidak perlu pergi ke dokter.

Meski di media  sosial begitu gencar, tapi kenyataannya di Pagatan orang-orang masih acuh dan masih di tahap belum percaya dengan berita tersebut. Awalnya kupikir ini adalah bentuk kesombongan. Ya mungkin karena aku sudah tau duluan dan paham bahaya penyakit ini sehingga merasa mereka tidak berpikir positif. Aku sempat kecewa mengapa mereka masih ngeyel. 

Orang tuaku juga masih ngeyel dan percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Kupikir ini adalah pikiran sesat. Lalu merajuk dan menganggap bahwa orangtuaku kolot dan tidak mau mendengarkan anaknya. Kecewa, karena dengan begini aku merasa gagal menjadi anak yang berbakti haha.

Sempat kepikiran, loh buat apa aku kuliah sampai merasa pintar -oke ini egois dan narsis-  kan maksudnya berharap mereka bisa percaya. Ternyata nggak, mereka tetap berkeliaran seolah ini adalah monster yang bisa mereka kalahkan dengan hanya sekali tiupan. Asal sehat dan makan kenyang, kita bisa kok kuat. Begitu. Belum lagi yang dengan wudhu bisa selamat dan segala bentuk nasihat-nasihat yang berkaitan dengan iman.

Sempat beberapa kali berdialog -dih bahasa lu bay- tentang apa virus ini sebenarnya, bagaimana mengatasinya dan menjelaskan hoax-hoax yang beredar. Tentunya dengan bahasa yang mudah mereka pahami, tanpa ngegas dan tentu dengan sepahaman kita sendiri. Tentu saja sekalian menyangkal apapun gosip yang mereka dapat dari grup watsap.

Tapi, setelahnya aku baru sadar karena mereka juga bingung apa yang harus dilakukan dan bagaimana mengatasinya karena jujur saja di Pagatan, bencana seperti ini baru terjadi dan kami baru saja mengalaminya, selain Kebakaran dan badai. 

Salah satu kemungkinan mengapa orang tua saya sedikit bebal adalah pertama, mereka tidak terpapar informasi deras setiap harinya karena kami tidak punya televisi dan juga Koran dan hanya bermodalkan whatsapp, kedua adalah karena kami tinggal di Kalimantan selatan yang penemuan kasus positifnya terlambat dibandingkan provinsi lain sehingga kebenaran berita ini tidak bisa dibuktikan, ketiga adalah kami tinggal di kota kecil yang tentu saja berita akan lambat menyebarnya dan perlu ada influencer lokal yang kasih tau baru kami mendengarkan. 

Hari ini aku baru tau alasannya. 

Kaget juga sewaktu keluar rumah, ayahku minta semua barang disemprot desinfektan alkohol dan bayclin. Alhamdulillah sudah sadar akan pentingnya menjaga kebersihan. Meski masih sering ketemu orang karena ya mau gimana, ayahku sih sudah dari dulu work from home, cuman ya pelanggannya yang datang ke home, jadi susah juga. 

Teruntuk kalian yang punya orang tua susah dikasih tau mengenai bahaya ini dan masih berkeliaran keluar rumah di tengah situasi seperti ini, ya perbanyak saja informasi ya mengenai kasus ini, tapi info yang benar dan valid. Bukan saduran kasus-kasus hoax yang bawang putih lah, drone semprot jam 11 lah hehe. Perbanyak komunikasi lisan ya, bertukar pikiran dan berani aja berdebat, soalnya kalau lewat whatsapp ya kasian paket datanya, save buat nonton aja deh. 

Hingga akhirnya saya berpendapat bahwa, sebagian orang cukup diam dirumah saja, beberapa orang berperang melawan berita hoax di grup wa keluarga dan beberapanya lagi mencoba mencari bahasa yang bisa dipahami oleh orang tuanya. Bagi anda yang menantikan bisa bertarung layaknya power ranger atau sailor moon atau inuyasha yang menumpas mosnster atau bahkan seperti kamen rider tapi tidak punya belt untuk berubah, kamu bisa memulainya dari sekarang. Tentukan perjuanganmu sendiri dan …… henshin! Selamat berjuang. 

Unpopular opinion : Ada untungnya juga sih dengan begini banyak hal positif yang terjadi, merekatkan komunikasi antar anggota keluarga –yang entah dengan bahasa cinta yang mana-, beberapa orang paham pentingnya mencuci tangan yang benar dan semoga ini berlanjut juga masjid-mesjid karpetnya dicuci hehe. 

Siap memenangkan pertarungan ini?



Comments

Popular Posts