Tips membajak kota Jakarta
Tips
menjadi anak gaul. Setidaknya menjadi āanakā Indonesia.
Bagi
kamu yang berasal dari kampung. Jauh dari perkotaan dengan gedung tinggi dan
lajur jalan rayanya yang dua lajur. *uhuk. Seperti saya *uhuk. Sesekali boleh
lah melepaskan label itu dan pergi ke Jakarta barang seminggu dua minggu. Kalau
urusan liburan, jangan lebih dari dua minggu deh. Kenapa? Nanti deh.
Berikut
saya bagikan tips untuk merasakan pengalaman menjadi anak Ibukota seutuhnya.
Meskipun saya gak yakin ini benar apa nggak haha.
Sebelumnya
saya kasih tau dulu yha, kekhawatiran saya selama di Jakarta adalah takut masuk
MRT, Transjakarta dan bukan takut copet juga pencurian barang saya juga takut
kalau diajak makan atau ketemuan di dalam mall yang terlihat gaul dan mahal.
Takut tersesat sih nggak karena bingung baca peta mall di google maps yang bahkan ada pilihan sampai puluhan lantai.
Lebih tepatnya takut menghadapi modernitas.
Lebih tepatnya takut menghadapi modernitas.
Maka
dari itu saya mencoba melawan kekhawatiran itu dengan banyak bertanya pada
warga asli Jakarta kemudian membandingkan pengalaman dengan perantauan. Ribet
yak. Anak riset coy. Apasih.
1. Milikilah kartu segala rupa. Minimal kartu debit bank atau kita kenal
dengan kartu atm, kalau bisa yang versi terbaru yang ada chip-nya. Soalnya
beberapa mesin pembayaran hanya memproses kartu yang ada chip-nya. Kemudian
lebih baik lagi kalau ada kartu e-money, bisa berupa kartu flazz gramedia atau
beli di minimarket. Kegunaannya banyak. Bisa untuk naik mrt, transjakarta atau
krl.
Saya secara tidak sengaja punya kartu flazz gramedia dari 2018 silam
sewaktu ditawarin di gramedia Banjarmasin, jadi tinggal isi saldo saja di
counter tiket. Kartu KRL juga ternyata masih ada sisa pakai tahun 2018 juga
kayaknya dan tersimpan di Bombana, karena bakal tau pasti balik ke Jakarta
lagi.
2. Isilah saldo e-wallet anda. Boleh pake ovo, gopay atau apalah. Ini lumayan
membantu sih untuk kita yang tiba-tiba lupa bawa dompet tapi lapar tapi hanya
bawa hape. Beberapa toko menyarankan menggunakan pembayaran via digital begini.
Lebih praktis dan efisien juga.
Saya sudah pakai ovo sejak 2018 dan gopay sejak 2019 karena di Kendari,
buat nge-grab dan bayar parkir di mall kadang pakai ovo dan gopay berguna buat pesan
makanan di gofood.
Oh iya, saya juga pakai i-saku untuk pembayaran di Indomaret. Saking
seringnya belanja di Indomaret di Bombana, saya pernah ngisi saldo sampai
berjuta-juta wkwkwkw dan belum habis sampai sekarang bahkan bingung mau
diapakan. Mau ditunaikan tapi dari kemarin juga request full member selalu ditolak jadinya ya diiklhaskan dan menjadi tabungan.
3. Cobalah naik transportasi umum.
Jakarta punya banyak transportasi segala rupa sebaiknya kalian coba
daripada punan/kepuhunan. Tuh orang kampung kayak kalian *uhuk, maksudnya kita-kita,
apalagi saya, sangat percaya dan lebih takut punan/kepuhunan daripada virus
zombie.
Ngeri ngeri sedap naik krl |
Saya sudah mencoba semua jenis transportasi dari KRL hingga Bajaj. Ini jatuhnya
sombong sih. KRL sudah nyoba sejak 2013, pas pertama ke Bogor dan saya sangat suka
jenis ini dan berharap ada kota selain Jakarta yang bisa mengadopsi konsep ini.
Makassar mungkin bisa. Samarinda juga. Kendari? mmmm lebih baik bangun mall
dulu deh. Menjangkau ke semua sudut
Jakarta dari Depok-Bekasi-Bogor-Tanggerang dan bisa main ke Jakarta Kota dan
enak lah. Harganya juga murah. Asal jangan naik saat jam masuk dan pulang kerja
aja. Neraka.
Airport Link atau Kereta bandara, sudah empat kali mungkin ya. Ini
cerdas sih yang punya ide beginian. Secara masuk bandara Soetta itu memusingkan
kalo masuknya manual ya, nggak sama dengan bandara Haluoleo atau bandara
Bersujud yang naik ojek sudah sampai di terminal keberangkatan. Harga tiket kereta bandaranya 70rb
sekali jalan (kalo kamu naik dari stasiun BNI City atau Manggarai).
MRT sudah nyoba juga akhirnya. Pecah telor. Hancur bola-bola. Tehambur
liur. Oke berlebihan. Saking senangnya saya bisa nyobain wkwkwk. Saya nyoba
rute Dukuh Atas-Blok M. Tarifnya kemarin 7rb dan ternyata diukur berdasarkan jarak. Saya
lumayan mengikuti perkembangan ini di medsos sih sambil bergumam kapan ya bisa
melihat langsung, eh keturutan 2020 ini. Asik.
TJ. Seingat saya, dulu 2014 kalo
naik TJ ya beli tiketnya bisa manual, sekarang sudah semakin dinamis dan
obyektif, alias kita tinggal tap kartu e-money kita atau turunin leher dan
tap-kan kartu di lanyard yang talinya bertuliskan nama kantor atau acara apa
gitu soalnya kalau warna polos berasa panitia ldkm. Ini murah! Rp. 3.500 sekali
jalan.
4. Cobain naik ojek online hehe
Oke, ini naĆÆf dan kampungan. Awalnya iya. Kaya anak kecil yang nemu
mainan baru. Tapi ya saya aja yang emang pengen banget naik ojol. Padahal sama
aja kaya naik ojek yang original. Tapi kan ini kita berasa hidup di masa depan
yang diproyeksikan oleh film-film futurious. Kita hanya tinggal pencet-pencet
di hape yang lebarnya sepapan tempe, kemudian datanglah jemputan. Dikasih helm
warna mencolok. Naik. Ngangkang atau rapat terserah. Sampai di tujuan. Wkwkwk.
Sorry, saya memang kampungan haha.
Janjian jam 9 pagi jam 6 subuh sudah siap-siap sama macet |
5.
Beli cemilan.
Bukan sembarang cemilan. Kalian nih ya, sebelum pergi ke Jakarta tuh
mending bikin list makanan/minuman/snack/mimi mimi yang ingin dicoba deh. Kalo
ada teman atau saudara minta tolong pesankan.
Kalau saya sih listnya ini : es kopi susu kekinian. Pisang goreng madu
bu nanik. Dapur coklat. Wingstop. Sate taichan. Bak mie.
Dapat darimana info makanan beginian? Saya cari tau aja di sosmed.
Kebetulan saya follow akun dari halte ke halte, yang merekomendasikan beberapa
makanan yang berada di stasiun sepanjang Jakarta.
6. Temui temanmu.
Hal yang paling saya nantikan adalah ketemu mereka ini. orang-orang yang
ngakunya teman tapi kalau instastory yang diposting yang muka akunya jelek
dianya senyum. Tapi sebenarnya takut sih kalau ngajak mereka ketemuan, soalnya
kadang mereka kerjanya sampai malam, lagian siapa suruh masuk kerja jam 10 hah!
Hahaha.
Kenapa?
Akhir-akhir ini aku sadar akan satu hal. Kami semua hidup dalam dunia
yang berbeda, apalagi lingkungan kerja. Masing-masing punya bidang dan
problematika yang harus diselesaikan. Aku cenderung di industri pertanian, yang
lain ada yang pemerintahan, maskapai, start-up, urusan bangunan sipil dan
ketemu mereka ini kadang jadi dapat insight baru untuk menghadapi urusan dunia
yang makin konyol. Charger. Ibarat motor nih ya, Air Aki yang kalo kena tangan,
terkelupas tuh, kalo nggak dibilas air bersih nan mengalir.
7. Datangi tempat-tempat menarik.
Mau tempat yang penuh dengan manusia boleh, mau yang tersembunyi juga
oke. Sesuai selera aje. Udah pake aje aja. favorit saya ada di Freedom Library
di Wisma Bakrie, kawasan blok M, Kota Tua dan Halte Pondok Cina. Hehehe.
Masih ada list yang ingin dikunjungi sih, tapi nanti lah. Museum tengah
kebun, museum peranakan, museum-museum lah intinya mah.
(((tempat menarik))) |
Selebihnya, Jakarta itu menarik, cuman ya gitu, kadang di satu tempat
bikin mikir, kok trotoarnya lebar banget, kok jalan ini gak ada selokannya, duh
atap jpo-nya terkelupas, cantik juga ya patungnya eh air mancurnya juga, tuh
kan banjir lagi dan serangkaian komentar khas.
Jangan lupa rasakan pengalaman terjepit di KRL saat rush hour rute
Jakarta-bogor yaaaaaaak.
Comments
Post a Comment