Refleksi Hidup 2020
Hidupnya
enak jaman sekarang.
Sebentar,
…
enaknya
hidup zaman sekarang!
Kenapa
sih Bay suka ngebolak-balik kalimat? Hahaha. penyakit nih. Bahkan teman-teman
dekatku bilang kalau aku sering tertukar huruf. P, f, v trus kalimat juga
sering berantakan. Haha.
Pulang
kali ini gue banyak mikir sesuatu yang random, biasanya karena banyak merenung,
menatap tetangga, menengok mesin ketik teronggok di pojok ruang tamu dan oke
aku mau cerita tentang betapa enaknya jaman sekarang. Maksudnya ya
perbandingannya adalah jaman aku sulit. Aku ngerasa jaman sulit berarti jaman
aku sma dan kuliah. Berarti kurun waktu 2009-2016. Wah 7 tahun ya. Kayaknya
tahun itu lagi reformasi segala bidang hingga lahir lah generasi Industri 4.0 sekarang
ini, lahirlah 4G juga lahirlah generasi tiktokers.
But,
I enjoyed it.
Sekarang
enak banget. Nge-print dokumen. Ngetik tulisan. Nyari bahan. Ya urusan-urusan
dokumen begini dulunya sempat menyulitkan. Apalagi waktu SMA dulu, ketika ada
tugas bikin makalah yang harus di cetak komputer, hedeh. Tahukah engkau dulu di
Pagatan tahun 2009-2010 siapa saja yang punya laptop atau komputer serta printer selain korporasi kecil berkedok 'Rental Komputer'.
Haduh itu barang mahal. Hanya orang-orang kaya tertentu saja yang punya. (Iya,
bay, kamu mizkin, mundur gih). Gue udah mengalami naik sepeda keliling kota Pagatan nyari komputer dan printer, segala rumah teman disikat. Ada sih rental komputer, tapi ya ampun mahalnya, mending duitnya ditabung buat beli kartu
naruto.
Kuliah
pun datang, jadilah kita sebagai pelanggan warnet dekat kampus, untuk bikin
tugas dan nge-print. Akhirnya jaman ini terlewati dan gue punya komputer pertama
Pentium 4 tahun 2012 saat tahun masuk kuliah! Yippy! Beserta printer-nya satu
set huhuhu. Telat padahal haha. Sekarang enak banget ya, siapa coba anak muda
yang gak punya laptop pribadi? Sudah terjangkau. Artinya perekonomian Indonesia
sedang membaik. Kan? *sotoy lu, Bay.
Juga
ingat, dulu kalau mau beli tiket pesawat, harus pesan ke travel agent. Gue masih
ingat tuh tahun 2014 saat ngurus tiket delegasi ke Jakarta, dimana ya Tuhan di
Banjarbaru yang bisa beli tiket sekarang tapi bayarnya nanti. Akhirnya berbekal
koneksi, ketemulah sama tantenya teman satu kuliahan dan nego untuk booking
tiket dan bayarnya nanti. Fyuh. Akhirnya malah langganan, termasuk ngutangin
tiket dulu, bayarnya nanti waktu balik lagi ke Banjarbaru.
Sekarang
enak banget, mau pesan tiket, tinggal buka aplikasi, scrolling harga,
bandingkan harga, pesan, bayar, tiket sudah tersedia tanpa harus ngeperint
tiket dua lembar hehe. Terimakasih teknologi. I owe you.
Internet
benar-benar memudahkan. Nggak habis pikir aja, kita semua sekarang hidup di
masa depan. Masa dimana globalisasi diramalkan terjadi. Pasar bebas Asean? Wah
udah isu lama. Sekarang industry 4.0. dahulu tercetak di buku teks pelajaran
bahwa waralaba (((waralaba))) kedai makanan cepat saji luar negri akan semakin
banyak di Indonesia. Hello, tuh KFC sudah bertengger di Batulicin. Noh, Thai Tea aja udah ada
ngegerobak di gang Annur. Kopi Janji Jiwa aja sudah ada di Sungai Danau. Wah
globalisasi. Istilah yang dulu terlihat sangat keren. Menulis kata globalisasi
aja bikin gue pengen baca lagi buku pelajaran IPS kelas tiga smp, sambil
nongkrong di warung kopi kekinian, pake Macbook sambil buka Instagram dan
upload boomerang muka gue sendiri gerak-gerak dengan latar belakang signage
warkop tersebut.
Dahulu,
nyari bahan lewat internet itu perjuangan sih. Kalo anak jaman sekarang bilang,
struggling. Kita harus ke warnet, spare time minimal dua jam. Sedia flashdisk,
nyalain kipas angin kecil soalnya dalam box warnet itu pengap, duduk di
lantainya yang karpet hijau ukuran 2x2 m, log in ditemani lumba-lumba billing
net, nah selancar dah. Google chrom sih biasa. Jaman dimana download lagu 3mb
aja lama bingo. Mana kepikiran lah donlod filem dan serial. Mending baca manga
atau konspirasi endingnya naruto bagaimana.
Sekarang,
internet dalam genggaman. Benar-benar dalam genggaman. Literally. Harfiah. Bujuran. Dari
internet gue tau ada yang namanya Running Man bukan hanya tau tentang Korea
Selatan ibukotanya Seoul, tapi cukup tau dalam sampai ke sejarah bangsanya
goryeo lah, hallyu lah, BTS man in luv lah oh na na na, jadi tau ada tontonan
menarik macam Messiah atau Grey Anatomi bukan hanya tau Amerika Serikat itu
termasuk benua Amerika penemunya Amerigo Verspuci tapi sudah tau sampai
konspirasi Freemason dan Illuminati, Trump dan tweet kontroversinya, bahasa slang-nya sampai sekarang
ikut-ikutan peduli siapa aja pemenang Grammy Award atau Oscar. Viva Parasite! Globalisasi cuy. Eh,
anak Pagatan diam deh lu. Ogah! Selama Red Velvet masih comeback atau berita Coachella di twitter masih ada, ya gue masih menjadi bagian dari parade
gelombang termodinamik umat manusia bernama globalisasi.
Oh
iya, wahini tuh, rami banar kam orang bapandir pakai bahasa inggris. Banyak
kosa kata yang terlalu sering diucapkan seperti Privilege, vibe, ambience,
which is, struggle, mingle, rustic, savage, swag, etc. Bukan hanya bahasa inggris sih, siapa yang
tidak tau artinya anyeong haseo, kamsahamnida ya kecuali julak-julak di
pahumaan lah nang gawiannya melinting. Kalau dipikir aneh juga, korea selatan tidak pernah terpikirkan
akan masuk dalam gelombang migrasi budaya di masa depan, eh taunya lebih kuat
daripada gelombangnya one direction. Oh iya kosa kata aneh tapi ada di kamus
akan lebih banyak lagi lo dengar kalo lagi di kota besar. Banjarmasin tidak
termasuk kota besar itu ya, karena jaman sekarang pun masih berseliweran kata
‘hungang' dan joker dibaca dengan e seperti tempe.
Intinya
sih, jaman sekarang kualitas hidup sudah membaik. Kemajuan jaman itu enak
banget. Diluar segala pro dan kontra pembangunan ya. Siapa yang menyangka,
tahun 2020 gue yang separuh hidupnya di Pagatan bisa bertatap muka dengan teman
yang di Jepang dan bisa survive berpetualang di Asean. Waw dunia. Tugas gue
mungkin sekarang adalah membantu dunia untuk lebih baik lagi. Bisa aja ambil
pilihan manapun, kalo gue sih pengen nyoba hidup ramah lingkungan sebagai balas
budi kepada mother earth yang udah ngasih banyak kemudahan di hidup gue. Yuk.
Comments
Post a Comment