Makan-Makan di Natuna Edisi dua
Tidak terasa sudah sampai di Part 2. Alias memang sengaja, soalnya setiap post hanya memuat 15 foto makanan saja. Jadi karena ada puluhan, makanya dibikin sampai tiga part loh. Part kali ini tidak akan random lagi, tapi sudah sesuai dengan penempatannya. Maksudnya satu jenis. Eh apalah, pokoknya tidak sembarangan kategori lah. Mbuh apa kategorinya.
Sekalian minta maaf, karena foto dan memori berasal dari tahun 2017, jadi agak lupa beberapa hal penting seperti harga dan lokasinya. Soal rasa? Aman. Siapa sih yang berani melupakan rasa. ST12? ....... Lanjut. Untuk Part 1, bisa dibaca disini ya.
![]() | |
16. Bubur Lamboek |
Hidangan ini tersedia di Pondok Nibung milik Pak Rodhial Huda, sebuah rumah makan yang bentuknya seperti cafe. Terdapat menu yang berbeda untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Lokasinya agak jauh dari pusat kota Ranai, tepatnya disekitaran polsek Natuna. Untuk buburnya sendiri seperti bubur lain pada umumnya. Lembek dan agak berserat. Perbandingan beras dan airnya pasti lah yang membedakan antara bubur yang satu dengan bubur lainnya. Untuk rasa, pada umumnya bubur asli Natuna itu berasa agak pedas dan asin.
![]() |
17. Lontong Sonow |
Sama seperti bubur di atas, Lontong Sonow ini juga dapat ditemui di Pondok Nibung. Harga kedua makanan ini masih murah dan bisa dijangkau kok, sekitar Rp. 15rebuan saja. Lontong Sonow merupakan tipikal lontong sayur, sedangkan Sonow adalah penyebutan untuk kota Sedanau dalam bahasa melayu logat Natuna, kota asal pemilik rumah makan ini, Pak Rodhial.
![]() |
18. Mie goreng dan Kopi |
Tampaknya seperti mie goreng biasa bukan? memang iya.
Mie goreng ini adalah makanan yang biasa saya santap apabila sedang berburu sinyal di Setengar. Sungguh sebuah hal yang aneh. Pasalnya, hanya di Setengar dan dekat jembatan saja sinyal 4G paling bagus. Lewat sedikit sudah hilang. Makanya sangat pas sekali ada warung makan disini.
Selain mie goreng, biasanya saya memesan nasi ayam yang jarang saya pesan karena harganya 25rebu huhu. Mihil bos. Kalo lagi irit banget, saya cuman beli pia isi nenas saja. Seribuan satu. Pia Nenas ini hanya dijual di dua toko saja di seluruh Natuna. Sayangnya, sampai saya pulang, saya tidak menemukan siapa suplier pia tersebut.
![]() |
19. Roti Tirai |
Akhirnya sampailah ke edisi makanan di area sekolah alias SDN 04 Pian Tengah greater area. Satu hal yang bikin mata saya berbinar adalah ketika UN berlangsung, ternyata, setiap guru dan peserta UN akan mendapatkan jatah satu porsi makanan. Maka, selama 4 hari berbeda saya menerima 4 jenis makanan yang berbeda.
Foto diatas adalah Roti Tirai. Rasanya seperti roti canai dengan kuah gulai khas Natuna yang lemaknya santan dan pedas-pedas manis dengan lauk ikan Tongkol. Sedop? Aok lah!
![]() |
20. Gado-gado |
Gado-gado di Natuna sedikit unik. Alias beda provinsi ya tentu beda juga pemahamannya terhadap pengertian dari apa itu sebenarnya gado-gado? apakah hanya segala sayuran rebus disiram kuah kacang? atau seperti di Natuna yang isinya adalah : Lontong, Mie kuning, tahu, kentang, kerupuk ikan tongkol, telur, timun dan kuah kacang?
Salah satu gado-gado enak menurut saya ada di Pagatan. Isinya lontong, sayuran rebus seperti pepaya muda, kacang panjang, daun ubi, daun pepaya, kecambah, bayam, kerupuk warna merah-kuning yang diremas, disiram kuah kacang yang dicampur dengan petis, gula merah dan bawang putih goreng.
![]() |
21. Pempek Lagi |
Saya akui satu hal, pempek di daerah Sumatera adalah pempek ter-de-bes dibandingkan pempek di Kalimantan dan Sulawesi. Meskipun saya belum pernah nyoba pempek di kota darimana ia konon berasal, yakni Palembang, (eh pernah ding, oleh-oleh rekan kerja, tapi kan frozen), tapi pempek di Natuna bisa lah mewakili pempek dari jazirah Sumatera. Sampai saat ini hanya teman saya dari Lampung dan Bangka Belitung yang mempromosikan pempek dari daerahnya yang menurut mereka harus saya cicipi.
Saya pernah dengar bahwa pempek tercipta dari budaya masyarakatnya yang terlalu banyak mendapat tangkapan ikan dan ketersediaan tepung sagu yang melimpah. Mungkin ada kaitannya dengan musim dimana saat itu para nelayan tidak bisa melaut dan mereka harus berdiam diri di rumah sehingga harus menyiasati dengan membuat makanan selama musim tresebut berlangsung. Daripada ikan membusuk dan Tepung sagu masih banyak, maka jadilah pempek. Ah, ini hanyalah teori saja.
![]() |
22. Lontong sayur |
Ya lontong sayur biasa, namun karena ada di Natuna, saya pikir tidak bisa bertemu dan memakannya. Lumayanlah, rasanya hampir mirip dengan lontong sayur dimana-mana. Ada Nangka muda, tempe orak-arik pedas dan telur rebus disiram dengan kuah santan. Tambahkan lontong dan kerupuk. Sederhana bukan?
![]() |
23. Hidangan khas lebaran |
Saat lebaran tiba, setiap rumah akan memasak ketupat banyak-banyak, panic buying ikan tongkol banyak-banyak dan memasaknya menjadi gulai. Kala di Natuna, saya menyantap hidangan ini hampir di setiap rumah. Ketupat sama seperti ketupat yang lain di manapun. Belum ada penelitian yang mengatakan apakah perbedaan daun kelapa pada setiap pulau akan menghasilkan rasa yang berbeda pula. Jangan pula tanya rasa gulai ikan tongkolnya. Best!
Tradisi lebaran di Pian Tengah memang agak berbeda, kita mengunjungi setiap rumah hehe. Satu RT per satu hari. Berhubung di Pian Tengah ada tiga RT. Total ada tiga hari. Setiap hari paling nggak ada 15 rumah yang menyajikan menu ini. Exclude minuman manis dan kue manis. Jadilah, kelar puasa, bengkak lah badan pak gurunya karena mengunjungi dan makan-makan di 45 rumah.
Fun fact, semua orang bisa menganyam ketupat. Bahkan yang laki-laki. Saya? Bisa lah. gampang.
![]() |
24. Aneka macam tambul |
Di Natuna, kue disebut 'tambul', sama seperti halnya dengan 'wadai' oleh masyarakat Banjar. Tambul dengan aneka jenis seperti ini biasanya hanya dijumpai di bulan Ramadhan. Seingat saya ada tambul melake atau biasa dikenal dengan klepon, tambul anak dare sebilik dan tambul tangkap liar. Yah penyebutan nama kue di Natuna kadang bikin mikir hehe. Lucu dan unik.
![]() |
25. Kepiting masak pedas |
Saat itu saya kehujanan di jalan ketika pulang ke desa dari Ranai. Sampai rumah, badan terasa capek banget dan hampir mendekati magrib. Masuk rumah langsung mandi dan ganti baju. Begitu terdengar suara bedug dan membuka tudung saji eh ada kepiting dimasak balado. Hasilnya? lahap.
![]() |
26. Kerang |
Saya lupa apa nama masakan ini. Pokoknya ini adalah kerang. I mean, big clam. Dagingnya dikeluarkan dengan cara kerangnya diasapi diatas panggangan dengan bara api. Nanti kalau cangkangnya sudah terbuka, dagingnya dicungkil dan dipotong kecil-kecil. Saya juga lupa apa nama jenis kerangnya. Kima mungkin. Rasanya seperti memakan kikil atau babat sapi, teksturnya lebih kenyal. Ibu memasak dengan bumbu pedas-pedas tipis dan banyak garamnya. Salah satu favorit saya.
![]() |
27. Pok-ipok dan Nyu |
Salah satu kue nasional di Indonesia, alias setiap daerah pasti ada. Pastel/Jalangkote/Panada/Pok Ipok. Hanya di daerah Melayu, nama kue ini terdengar syahdu, pok ipok. Sama seperti pastel di manapun di Indonesia ya rasanya sama saja. Isiannya saja yang berbeda. Di Natuna, ya apalagi kalau bukan ikan tongkol suwir pedas.
Setelah mencoba berbagai pok Ipok di Natuna, maka kuputuskan pok Ipok terbaik jatuh kepada pok Ipok Pian Tengah buatan Yahlong yang jualan bensin (lupa nama beliau, asli). Mengapa tempat ini? karena kulitnya yang tipis sehingga renyah, porsi menteganya mungkin lebih banyak sehingga terasa ketika dimakan dan isiannya berupa abon ikan Simbok yang gak kaleng-kaleng alias gak pelit jumlah dan bumbu. Dengan harga seribu rupiah per pcs sudah bisa menyantapnya.
![]() | |||
28. Tambul Pulut Lalat |
K
Kue ini aku temukan saat ada acara buka puasa bersama pemuda Natuna di pinggir pantai di sebuah kedai. Bentuknya khas sekali kue basah tradisional. Warnanya kontras hijau muda dan putih juga baunya harum. Lapisan bawahnya adalah ketan atau dalam bahasa Melayu menjadi 'pulut'. Lapisan atas adalah adonan santan, tepung dan pandan.
Seingatku di Banjar juga ada kue ini, namanya Sarimukka Pandan. Tetapi lapisan atasnya dinamai adonan Srikaya dengan adonan yang sama di Natuna dan bukan berasal dari buah Serikaya. Rasa atasnya yang manis ketika dimakan dengan ketan yang bikin kue ini enak. Harum pula.
![]() |
29. Gelombang Malaysia |
Aku nominasikan kue ini sebagai kue pilihan utama kategori kue idul raya terenak 2017. Bentuknya yang unik dan rasanya yang tidak diduga dan namanya yang sedikit absurd adalah dasar pertimbangannya.
Pertama ketemu kue ini adalah saat berkunjung ke salah satu rumah teman di Natuna. Kok ada kue bentuknya bulat-bulat kayak kerupuk pangsit mie ayam. Jangan-jangan rasanya seperti kerupuk pangsit yang asin gurih. Ternyata rasanya manis-manis pas. Bukan yang manis banget. Cocok banget teman minum kopi atau teh.
Kata orang Pian Tengah, adonannya sama seperti roti canai, cuman ini digoreng dan dililit sebelum masuk wajan. Alhasil, ketika pulang, saya dikasih kue ini dua bungkus.
![]() |
30. Kue Kulkas |
Nah ini lebih absurd lagi. Apa maksudnya coba ada kue dinamakan dengan nama perabotan dapur. Okelah ya ada kue keranjang. Tapi kulkas? What the .... Teksturnya keras seperti kue yang dimasukkan ke freezer. Susah patah saat digigit. Kupikir itu ditambahkan dengan keju tabur tapi gak tau juga. Rasanya seperti kue-kue lebaran yang penuh mentega. Manis? sekilas.
Yah, akhirnya selesai juga part 2 yang terdiri dari 15 makanan. Masih banyak makanan yang kutemui dan kupikir unik karena baru pertama kali menemukannya di Natuna alias indigenous food (halah) atau makanan yang sama dengan daerah lain tapi dengan rasa yang beda atau komposisi bahan yang beda, seperti gado-gado contohnya.
Ada beberapa yang kuingat namanya tapi lupa fotonya. Seperti gulai inas, kurma tapi rasanya asin, sayur daun suke, tumis ketule, tambul tangkap liar dan urap daun mengkudu. Semoga ada kesempatan balik ke Natuna dan mendokumentasikan berbagai jenis makanan yang belum sempat di foto dulu. See you on part 3.
Comments
Post a Comment