Spelling the Dream, sebuah ulasan film.
Malam
kemarin saya menonton sebuah film documenter yang bertemakan spelling bee.
Filmnya berjudul Speeling the Dream. Saya tertarik nonton film ini karena
penasaran dengan apa yang akan disajikan oleh film ini. Berhubung saya pernah
mendengar sepintas tentang hal ini dan belum kesampaian untuk menyaksikan secara langsung.
![]() |
source form imbd.com |
Sebelumnya apa itu Spelling Bee? Jadi Spelling Bee adalah kompetisi untuk anak-anak dimana mereka mengeja huruf demi huruf sebuah kata yang dilontarkan oleh juri. Menarik! Bukan spill spill anak twitter yha. Apalagi mengeja sebuah lebah. Meskipun saya penasaran mengapa mereka meletakkan bee di belakang kata spelling. Jadi nih mereka satu per satu akan dipanggil juri maju ke depan panggung, berdiri dengan mikrofon, menunggu sesaat, juri menyebutkan kata yang harus di eja dan kita sebagai peserta harus mengeja apa saja huruf yang terdapat pada kata tersebut.
Nah, kita punya banyak bantuan. Boleh bertanya asal kata tersebut, definisinya, penyebutannya yang lain, termasuk kata apa dan boleh pakai baju apa aja. bagian yang sedikit lucu adalah name tag mereka. Berukuran besar dan saya pikir itu ukuran A5 dan bertuliskan nama, umur dan asal daerah. Kalimantaaaaaan Seā¦ā¦ā¦ā¦latan! (nada miss Indonesia)
Film ini cukup menyenangkan ditonton karena beberapa hal. Yang pertama saya kira adalah film ini meitikberatkan satu pertanyaan besar akhir-akhir ini dalam pencinta kompetisi ini. Mengapa yang menang beberapa tahun terakhir adalah anak keturunan India-Amerika? Apakah ini sudah menjadi genetik mereka? Inilah hal yang sedang dicoba untuk diungkap oleh film ini.
Film ini dibuka dengan rekaman pertandingan final tahun 2019 kemarin dimana ada 8 orang pemenang. Hal pertama dalam sejarah kompetisi ini. yang membuat semakin mencengangkan adalah 7 dari 8 pemenangnya adalah anak keturunan India-Amerika. Kemudian penelusuran berlanjut ke tahun-tahun sebelumnya yang ternyata pemenangnya didominasi oleh mereka. Ditambah salah satu narasumber film ini adalah seorang pemenang spelling bee keturunan India Amerika pertama di US.
Yang kedua adalah kita akan menyaksikan perjalanan sejumlah kontestan menuju pertandingan final di tahun 2017. Saya tidak begitu mengerti tingkatan untuk maju ke dalam lingkaran nasional. Maksud saya, kalaupun ada pertandingan sejenis misal OSN, pastilah dipilih dulu per kabupaten, maju ke provinsi dan kalau menang baru maju ke Nasional. Nah saya pusing karena membaca data mereka bahwa mereka mempresentasikan bukan asal daerah. Atau saya saja yang tidak mengerti hahaha.
Kita jadi mengetahui bahwa mereka tidak membangun kepercayaan diri untuk berdiri di panggung dan menyelesaikan tantangan mengeja dalam satu hari. Mereka memiliki perjalanan panjang untuk sampai di tahap nasional. Beberapa keluarga bahkan punya resep rahasia sendiri.
Yang ketiga adalah seperti film documenter lainnya, begitu banyak emosi yang terlibat dalam film ini. tidak semua menjadi pemenang dan itu adalah hal wajar. Hal normal. Tidak normal adalah menganggap semua yang dilakukan ternyata sia-sia. Yang membuatku sedikit iri adalah sikap apresiatif orang tua mereka terhadap anaknya.
Tapi entahlah ya, itu kan yang ada di dalam film, kita nggak pernah tau bagaimana mereka sebenarnya ketika tidak ada kamera. Mungkin saja ada tekanan atau bagaimana mereka menghadapi kompetisi. Tetapi ini adalah sebuah proses panjang apa yang disebut dengan proses tidak akan menghianati hasil (halah pribahasa basi). Tapi sebagai orang yang menjadikan ini nilai dalam hidupnya, menyiapkan langkah-langkah dalam mengikuti sebuah kompetisi itu nikmat banget. Penjelasan peserta juga mengatakan bahwa mereka menikmati setiap prosesnya. Belajarnya. Latihannya. Saya setuju dengan satu statement di film ini yang mengatakan bahwa pemenang pertama dari keturunan India-Amerika telah memberikan sebuah mimpi baru bagi anak-anak keturunan non Amerika lainnya untuk berada di posisi sama selain mereka harus berlaga di lapangan olahraga (sejak pertandingannya disiarkan oleh ESPN).
Melihat moment dimana mereka dinyatakan menang itu menyenangkan.
Oh iya, salah satu peserta menutup film dokumenter ini dengan menyebutkan satu kata yang unik yaitu humuhumunukunukuapoaa. Apa itu? Cek Wikipedia deh.
Yang menarik setelah nonton ini adalah, tiba-tiba gue lancar menulis sebuah kalimat bahasa inggris tanpa sadar, kemudian menghapusnya dan kesulitan mencari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Sombong? Latah tepatnya. Hahaha.
Comments
Post a Comment