Spelling Bee, Ide Lomba Untuk Anak-anak
Setelah riset ala-ala tentang kompetisi Spelling Bee ini, maka aku merangkum beberapa fakta ya (yang kebanyakan diambil dari Wikipedia). Ternyata kompetisi ini telah dimulai sejak tahun 1925. Waw. Aku yakin garis keturunanku aja belum dimulai saat itu. Kakekku aja rasanya belum lahir hahaha. Bahkan aku yakin Pagatan di tahun 1925 masih berupa hutan kelapa dimana-mana atau nggak masih berupa daratan limpasan banjir tahunan yang penuh lumpur. Lha ini sudah ada kompetisi mengeja di Amerika sana.
Pemenang pertama kompetisi ini bernama Frank Neuhausser, berasal dari Louisville, Kentucky dan saat itu ia berumur 11 tahun. Fun fact, ayahnya keturunan Jerman-Amerika hehehe. Terus jadi mikir, emang ada yang keturunan Amerika murni di sana haahahaa. Kemudian pada tahun 1950 terdapat dua pemenang utama dan pada tahun 2019, ada delapan pemenang utama. Hal ini dikarenakan mereka sama-sama berada pada level yang sama setelah bertahan dalam beberapa ronde.
Pada 1998, pertama kali yang memenangkan adalah non-Amerika dan berasal dari Jamaika. Dia adalah Mrs. Jody-Anne Maxwell yang saat itu berumur 12 tahun. Oh iya, persyaratan untuk ikut kompetisi ini adalah umur anak harus maksimal 15 tahun cmiiw. Makanya bunda, persiapkan anak anda sedini mungkin yha, kalau mau ikutan.
Bahwa kompetisi ini pernah batal dilaksanakan, selain tahun 2020 yang karena virus corona, juga pada tahun 1943-1945 karena PD II.
Lalu kemudian?
Apakah Indonesia punya kompetisi serupa? Ada tapi tidak booming, tidak eksis, tidak se-nasional itu, tidak bergengsi dan saya yakin hanya diketahui oleh segelintir orang. Saya baru tau dan sadar kalau dulu pernah ada poster pertandingan mengeja yang 11-12 lah dengan yang US dan ini diselenggarakan oleh English First. Waw menarik bukan? Tapi kok tidak terdengar? Kalah jangkauan dengan olimpiade sains kuark. Oh apa karena tidak grassroot understanding? Kalau iya, kurang lilin berarti hahaha.
Tapi kalaupun ada kompetisi resmi dan sampai tingkat nasional, saya gak yakin sih dengan kemampuan anak Indonesia, hehe. Secara merata ya. Kalau hanya sekumpulan anak Indonesia yang sampelnya dari berbagai SD di Jakarta ya bisa aja, tapi kalau dirata-ratakan, masih banyak yang bingung dengan bahasa Indonesia itu sendiri. Wah ini menarik sih bila dikaji lebih luas.
Saya rasa ada pada skill membaca dan menghafal kita. Termasuk skill kita dalam menalar logika. Hal ini juga bila diurutkan akan banyak memiliki muara, pola asuh yang tidak standar, ketimpangan pendidikan antara daerah dan kota, tidak adanya role model, faktor pembatasan oleh agama, akses terhadap referensi atau bahkan support system yang bermasalah. Hahahha.
Juga penguasaan bahasa Indonesia yang lemah. Bangsa kita masih berada di sebuah jurang yang mana pada setiap anak berpegang di sebuah ranting rapuh bernama bahasa Indonesia yang belepotan dan baku seperti pada dialog-dialog sinetron, namun berpijak pada bahasa Ibu yang tidak ada referensi literature lengkap dan hanya bermodalkan lisan dengan urutan teratas adalah penguasaan bahasa kotor dan umpatan, tidak lupa diujung sana ada spanduk bertuliskan āKuasailah Bahasa Asingā dipegang oleh mas mbak pakai jas mengkilap licin abis disetrika dengan gesture mengajak kita semua dengan senyum seringai.
Lancar ya, Bay. Pasti abis minum kopi nih.
Sebuah skenario lain, mungkin jika ini dijadikan kompetisi tahunan, maka juga akan mengikut pada budaya kitanya sendiri. Guru-guru bekas sekolah berstandar n dan I yang jiwa ambi-nya sudah terlihat sejak SMA dan terasah saat kuliah akan berlomba-lomba semaksimal mungkin menyuruh murid terbaik mereka di setiap kelas untuk ikutan. Sementara ada sekolah yang plafon kelasnya juga hampir rubuh juga ikut bertarung dengan usaha ikut les setiap sore, pulang les eh mengangkut hasil panen. Pada hari kompetisi tampak terjadi ketimpangan pakaian. Klasik.
Padahal, banyak kata dalam bahasa Indonesia yang menarik untuk didengar dari juri dan asyik untuk di kompetisikan.
Bagaimana dengan negara lain? Tercatat di Wikipedia, ada beberapa negara yang punya kompetisi serupa seperti Australia, Bangladesh, Canada, India sendiri, Kuwait, Nigeria, Nepal, Pakistan, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Mexico, Guatemala, Costa Rica, Chile, Honduras, and El Salvador, UK dan Vanuatu. Juga ada tes serupa yaitu kelancaran membaca kanji oleh Tiongkok dan Jepang.
Sebuah hal yang menakjubkan, kan? Negara dengan kosakata yang berbeda antara pengucapan dan tulisannya harusnya memiliki acara tahunan ini. Apalagi negara dengan abjad utama bukan abjad latin. Seperti Korea Selatan, Rusia, Yunani, Kamboja, atau Vietnam sekalian mampus tuh apa yang diucap apa yang ditulis, atau Thailand sekalian biar ngakak juga kitanya.
Dengan penjelasan serupa, harusnya Indonesia dengan beragam suku juga bisa dong main kuis, tebak kata. Dipandu oleh mc kondang, sendirian aja gak usah bertiga berempat, jurinya beneran dari akademisi bukan artis apalagi youtuber. Sesinya adalah menebak huruf dari sebuah kata. Per suku bangsa aja, ada bahasa bugis, batak, sunda, jawa, dll. Menambah kecintaan kita terhadap betapa beragamnya bahasa di Indonesia, ada tontonan berkualitas yang bisa disaksikan seluruh keluarga di rumah dan pastinya ada prestise tersendiri kalau menang alias kalian yang masih sekolah SD akan dapat bahan tandingan baru oleh omongan keluarga ālihat tuh anaknya pak A menang lomba gak kaya kamu main game terus, tik tok meluluā. Selamat!
Saya jadi teringat sebuah game dalam satu episode Running Man. Temanya adalah manusia vs mesin, para peserta bertanding melawan computer atau artificial Intelligence. Masing-masing dari mereka harus menulis satu suku kata dalam bahasa korea. Nah salah satu fakta menarik bahwa Korea Selatan memiliki banyak kosa kata yang bisa dibentuk dari 2 suku kata, Indonesia juga dong. Game ini mengharuskan kata yang dipilih harus memiliki rima dengan kata selanjutnya. Tujuan utama adalah mengalahkan mesin dengan cara menuliskan kata yang tidak masuk dalam kamus digital milik AI tersebut. Sangat menarik.
Ide speeling bee ini bisa sih jadi alternative perlombaan apabila nanti di lingkunganmu bakalan ada kegiatan dalam rangka memperingati hari tertentu dan kebetulan nyari ide lomba yang segar dan bisa semua umur untuk ikutan memeriahkan. Khususnya buat kamu yang kerjanya jadi guru sebagai tumpuan tolak ukur kemajuan bangsa, bikin gih lomba spelling bee. Anak-anak pasti suka. Sekalian mengasah jiwa kompetitif mereka.
Comments
Post a Comment