Setumuk ketika tahun 2017
Berawal dari ide setengah impulsif untuk mencari pelarian selama bulan
puasa, terbitlah ide untuk berkunjung ke rumah Buk Hanna.
Saya janjian dengan Dita untuk bermalam di rumah Hanna barang satu
malam. Padahal ingin sekali bermalam 2 malam 3 hari. Merasakan mandi di
pantai dan jalan jalan di pulau. Hop and hop island pasti seru.
Jadi ceritanya, si Dita jemput saya dulu di Pian Tengah baru kemudian
kita berdua menuju pelabuhan Selat Lampa untuk naik pompong menuju pulau
Tanjung Kumbik. Tarifnya Rp. 15K per orang dan ditempuh selama 45
menit. Pemandangannya sepanjang perjalanan sungguh keren! Dengan lautnya
yang berwarna hijau dan arus tenang di pulau-pulau kecil bertebaran.
Kaya di Vietnam apa itu namanya, iya betul, Halong Bay.
Kita sampai di pelabuhan Karla dan mengambil jalan ke arah kanan untuk
menuju desa Setumuk yang letaknya di ujung pulau. Selama perjalanan
menuju desa tersebut, pemandangannya asik banget. Laut sempit di antara
pulau-pulau. Ombaknya menepi rapi seperti tusuk jelujur dan mengundang
sekali untuk nyebur. Sayang banget lagi bulan puasa. Coba kalau nggak,
satu dua teguk air laut masih nyata terasa.
Sesampainya di desa yang bernama Setumuk tapi kalau penyebutannya
menjadi S'muk menurut orang Natuna, saya dan Dita melewati dusun-dusun
kecil, sempat terbaca namanya Batu Karut. Menurut Hanna, dia mengajar
les sore sampai disana karena ada rumah muridnya di area tersebut.
Di Setumuk, Hanna tinggal disebuah rumah yang belakangnya tidak
menghadap laut. Hahaha. Hal ini perlu digaris bawahi sih, soalnya kita
sering ribut gegara rumah siapa yang berhadapan dengan laut dan tidak.
Sama seperti yang lain, sinyal tidak ditemukan disini. Rupanya muridnya
sudah banyak di luar sana dan rumor tentang murid perempuannya yang
rambutnya selalu dikepang dua adalah benar adanya.
Kegiatan disana, ya sudah lah ya, ngoceh lah kita bertiga ngomongin apa
aja. Iya apa aja. Namanya ada Dita kan ya, obrolan belanjaan buat
lebaran aja melebar sampai obrolan "cari istri rasa pembantu" atau
sebaliknya. Namanya juga buk Hanna, topiknya mah kaya lambe turah rasa
melayu haha. Senang rasanya berada di tim ini, obrolan serius berubah
haluan jadi ngomongin masa depan yang absurd banget. Saking asiknya ini
obrolan, sesampainya di Ranai, lupa lagi nama yang paling bagus untuk
nama majalah. -_-
Senang rasanya ke Setumuk. Ketemu dengan orang tua angkat buk Hanna yang
sederhana dan adiknya si Febri yang alisnya tebal dan level nyem-nyemnya
mantaaap! Senang deh ketemu orang baru yang baik hati. Trus kita diajak
makan ke rumah salah satu guru yang baik banget, suami beliau cerita
tentang petualangannya keliling laut Natuna. mendengar ini jiwa perompak
kami bertiga pun berkobar sambil berbisik 'mau lah pak kite orang gi ke pulau terluar.
![]() |
Saya dan Dita, dan fox si motor, siap menuju Setumuk |
![]() |
Kapal menuju Pulau Tiga dan sekitarnya |
![]() |
Setumuk, 2017 |
Ahh Setumuk.
Semalam aja gak rela. Kudu nginap minimal 2 malam 2 bulan kekekeke.
Semalam aja gak rela. Kudu nginap minimal 2 malam 2 bulan kekekeke.
Comments
Post a Comment