Dream. Explore. Discover : Edisi Jepang part 2
Pagi di Osaka tidaklah sedingin di Kyoto, mungkin karena
Kyoto dikeliling pegunungan dan Osaka terletak di pinggir laut. Kebetulan, pagi
pertama disini dihabiskan dengan guling-guling di kasur (siapa suruh kasurnya
enak banget). Penginapan kami di berada di dalam Pasar Kuromon. Sebuah pasar
yang sangat rame meski masih pagi. Sangat mengasyikkan bisa menginap di daerah
pasar, karena pemandangan yang dilihat adalah jualan pedagang yang sangat tidak
biasa. Segala barang dijual sepertinya, warung makan yang menjual olahan ayam,
sashimi, nasi belut, kimchi, bekal makanan, sayuran beraneka ragam, hasil laut,
jam tangan, barang-barang free tax, baju serta oleh-oleh.
Perjalanan hari ini dimulai sekitar pukul 10 pagi menuju
Osaka Castle, karena sebelumnya kami kelelahan akibat tengah malam baru sampai
di penginapan. Sebelum berangkat ke istana, kami berjalan kaki menjemput
rombongan peserta perempuan di tengah hujan karena penginapan kami berbeda.
Dari penginapan kami berjalan lurus menuju stasiun Namba. (Lho, ini malah muter
jalan) Perjalanan ke Osaka Castle perlu beberapa kali pindah jalur subway,
sehingga kami menggunakan kartu langganan untuk satu hari sehingga tidak akan
merepotkan untuk membeli karcis. Sebelum menuju Osaka Castle, terlebih dahulu
kami menikmati bangunan NHK Building dan Osaka Historical Museum. Kemudian
lanjut masuk ke dalam istana yang sangat luas. Meskipun langitnya mendung dan
turun hujan juga, kami sangat menikmati bisa berkunjung ke Osaka. Kami menyerbu
toko makanan terlebih dahulu dimana mereka menjual Dorayaki, Takoyaki,
Yakitori, Sate Sapi (gak tau apa namanya) dan Seafood panggang seperti cumi dan
gurita. Alhasil setelah puas menikmati Osaka Castle dan ketawa gak jelas karena
burung gagak, kami melanjutkan perjalanan ke Namba District.
Namba District adalah sebuah area untuk berbelanja dan
kulineran. Daerah ini sangat khas dengan adanya shopping arcade yang panjang
dan bercabang. Setelah menelusuri daerah ini, barulah ketemu dengan ikon paling
hits di Osaka. Glico-man! Ternyata billboard Glicoman berada di depan sungai
dan banyak sekali orang-orang berfoto didepannya. Suasananya persis seperti
perayaan tahun baru. Sampai disini, semua rombongan pisah. Mas okvan pulang
duluan karena mengejar bis untuk ke Tokyo, jadinya aku sama mas Pras
berkeliling dan cuma melihat-lihat saja. Akhirnya diputuskan untuk masuk
restoran karena ingin mencoba makan Soba Dingin seharga 680¥ sebelum pajak. Sobanya
beneran dingin dan kita makan sambil dicelup kedalam kuahnya yang seperti rasa
kecap asin. Kalau cuma makan sobanya doang bakalan hambar. Tambahannya ada
lobak, terong, udang dan gurita yang semuanya digoreng dengan tepung. Enak!
Setelah puas keliling dan memutuskan kembali ke penginapan, kami berdua salah
jalan dan malah ketemu dengan teaternya NMB48!!! Woo sungguh rejeki. Namun
sayangnya karena sudah hampir pukul 10 malam, teaternya tutup dan ternyata
teaternya berada di bawah tanah. Sungguh keren sekali.
Akhirnya kembalilah kami ke penginapan yang mana kunci penginapan sama Ms Hesti yang akhirnya kita malah nungguin Ms Hesti pulang dulu setelah mengantarkan yang cewek-cewek pulang ke penginapan. Tak apalah menunggu di pasar, ini seperti hal yang sudah biasa. Sesampainya di penginapan saya segera packing karena besok pagi sudah harus cabut kembali ke Indonesia. Berat sekali rasanya harus packing dan meninggalkan Jepang karena ini tempat yang enak sekali meskipun biaya hidupnya mahal menurut orang Indonesia terlebih lagi menurut anak kos seperti saya. Namun dengan tata kota yang rapi, bangunan yang minimalis, lingkungan yang bersih dan orang-orang yang berjalan dengan kecepatan tinggi, siapa yang tak terkesan dengan negara ini. Salut sekali. Semua stasiun subway berada di bawah tanah bahkan hingga 3 tingkat ke bawah tanah. Setelah melewati semua perjalanan kaki selama 4 hari, entah kenapa kasur malam terakhir begitu hangat dan empuk. Suasananya juga sangat mendukung untuk tidur tanpa memikirkan kegiatan besok hari.
Akhirnya kembalilah kami ke penginapan yang mana kunci penginapan sama Ms Hesti yang akhirnya kita malah nungguin Ms Hesti pulang dulu setelah mengantarkan yang cewek-cewek pulang ke penginapan. Tak apalah menunggu di pasar, ini seperti hal yang sudah biasa. Sesampainya di penginapan saya segera packing karena besok pagi sudah harus cabut kembali ke Indonesia. Berat sekali rasanya harus packing dan meninggalkan Jepang karena ini tempat yang enak sekali meskipun biaya hidupnya mahal menurut orang Indonesia terlebih lagi menurut anak kos seperti saya. Namun dengan tata kota yang rapi, bangunan yang minimalis, lingkungan yang bersih dan orang-orang yang berjalan dengan kecepatan tinggi, siapa yang tak terkesan dengan negara ini. Salut sekali. Semua stasiun subway berada di bawah tanah bahkan hingga 3 tingkat ke bawah tanah. Setelah melewati semua perjalanan kaki selama 4 hari, entah kenapa kasur malam terakhir begitu hangat dan empuk. Suasananya juga sangat mendukung untuk tidur tanpa memikirkan kegiatan besok hari.
Akhirnya di hari kelima, aku, Fina dan Kania harus pulang
duluan dengan berkumpul di depan Stasiun Namba pagi-pagi. Bahkan jalanan masih
sepi dan toko-toko masih beberes-beres. Kami harus naik kereta Nankai Express
menuju bandara dan kami mendapat duduk di gerbong Star Wars. Selama duduk,
ingatan ini kembali berputar sekitar beberapa waktu yang lalu disaat harus
pulang-pergi dari Pagatan ke Banjarbaru untuk mengurus proposal permohonan dana
kemudian bolak balik ke rektorat juga, hingga mengurus visa sendirian dan tak
terkira senangnya ketika visa Jepang ada di dalam paspor. Sungguh pengalaman
yang sangat berharga. Masih bangga rasanya bisa merasakan pengalaman yang
kemarin-kemarin masih dalam angan-angan.
Masih belum percaya kalau aku sudah pernah ke Jepang. Masih belum percaya kalau akhirnya bisa merasakan tidur pake futon dan dirumah tradisional penduduk Jepang, masih belum percaya akhirnya bisa melihat dan memegang daun Ginko dan Maple, masih belum percaya dapat menaiki subway ketika rush-hour nya Kyoto dan Osaka kemudian berdesakan di dalam gerbong bahkan sampai Mas Tito jatuh, masih belum percaya bisa menjejakkan kaki di Arashiyama Bamboo Forest dan masih banyak ketidakpercayaan lainnya. Singkat cerita, kami bertiga (aku, Fina dan Kania) adalah penumpang terakhir yang boarding karena lalai berbelanja di bandara dan sempat-sempatnya mampir ke toko Pokemon, sampai sadar harus antri di pengecekan lalu lari-lari menuju gate dan sempat-sempatnya dijemput oleh petugas bandara sambil teriak Garuda...Garuda. Tinggal beberapa menit lagi pesawat sudah mau take-off. Fyuuh, hampir saja, mimpi buruk ketinggalan pesawat menjadi nyata. Dengan ini, Officially, Goodbye Japan. Nihonga Daisuki.
Masih belum percaya kalau aku sudah pernah ke Jepang. Masih belum percaya kalau akhirnya bisa merasakan tidur pake futon dan dirumah tradisional penduduk Jepang, masih belum percaya akhirnya bisa melihat dan memegang daun Ginko dan Maple, masih belum percaya dapat menaiki subway ketika rush-hour nya Kyoto dan Osaka kemudian berdesakan di dalam gerbong bahkan sampai Mas Tito jatuh, masih belum percaya bisa menjejakkan kaki di Arashiyama Bamboo Forest dan masih banyak ketidakpercayaan lainnya. Singkat cerita, kami bertiga (aku, Fina dan Kania) adalah penumpang terakhir yang boarding karena lalai berbelanja di bandara dan sempat-sempatnya mampir ke toko Pokemon, sampai sadar harus antri di pengecekan lalu lari-lari menuju gate dan sempat-sempatnya dijemput oleh petugas bandara sambil teriak Garuda...Garuda. Tinggal beberapa menit lagi pesawat sudah mau take-off. Fyuuh, hampir saja, mimpi buruk ketinggalan pesawat menjadi nyata. Dengan ini, Officially, Goodbye Japan. Nihonga Daisuki.
*perjalanan belum berakhir, karena harus transit di Denpasar
dan bermalam di bandara Soetta untuk mengejar pesawat ke Banjarmasin besok
paginya.
Terhitung, tanpa mengurangi rasa hormat, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang bersedia saya repotin untuk
membantu saya berangkat ke Jepang. Pertama Allah, tanpa kuasanya, tak mungkin
saya bisa mengalami petualangan melelahkan namun sangat bermanfaat ini,
kemudian kedua orang tua saya yang telah menguatkan anak pertamanya untuk
berangkat sembari memberikan petuah-petuah dan komentar sarkasme tentang
Jepang, Sahabat-sahabat kampus : Secangkang Telur yang setia menunggu pemberian
oleh-oleh J,
Akbar-Marita-Fahri atas dorongan, semangat dan pinjaman dananya, IAAS LC UNLAM
sebagai wadah berbagi mimpi, visi dan misi, Mas Setiawan yang bersedia
merepotkan diri hehe dan Mas Bobby yang bersedia menemani di Surabaya, serta
teman nemu di Jepang : Mas Pras, mas Okvan, Mas Tito, Bang Lando, Khansa, Mbak
Ratih, Mbak Resty, Sarah, Nabila, Kania, Ipong, Tantri, Bella, Pasha, Vina, Tika,
Wintang dan Bang Yosh. Selamat pagi semua~~
Comments
Post a Comment