Sepanjang jalan dari Vientiane menuju Bangkok.
Sepanjang jalan kenangan Vientiane – Bangkok. Apakah kita bergandengan tangan?
Boro-boro, yang ada malah ketiduran, mungkin saking capeknya.
Setelah 2 hari 3 malam di Vientiane dan berpisah dengan Rizki karena dia sudah aktif bekerja kembali sementara yang ada ini masih mengembara, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya yaitu : Bangkok. Saya pikir Bangkok adalah kota yang tepat untuk memulai perjalanan ke berbagai daerah di Thailand. Ceritanya ingin adaptasi, tapi realitanya ya tetap mager kemana-mana sendirian haha.
Awalnya saya berencana ke Bangkok mau naik kereta api saja. Caranya kan gampang ya, tinggal datang ke stasiun dan beli tiket saat itu juga. On the spot lah istilahnya (yang mana ini sombong) dan berbekal pengalaman beli tiket di stasiun di Indonesia, lupa kalau ini di negri orang.
![]() |
Suasana kota Vientiane |
Begitu menyelesaikan urusan imigrasi dan keluar dari negara Laos, maka kita akan disambut jembatan panjang yang bernama Jembatan Friendship sebagai batas antar negara. Karena minim informasi, saya malah inisiatif jalan sendiri dan naik bis orang padahal bis saya sudah menunggu di sisi lain. Duduk kembali di seat dan perlahan bis akan berpindah jalur dari sebelah kanan ke sebelah kiri. Saya pun memberitahukan kernet untuk turun di persimpangan jalan menuju stasiun yang akhirnya saya sesali karena stasiun Nong Khai jauh sekali.
Dalam mode hemat, saya memutuskan jalan kaki saja. Ada harga diri sebagai ‘backpacker’ yang saya jaga hahaha. Tiba di stasiun, ternyata suasananya sepi dan hanya ada 3-4 orang. Saya melipir ke ATM terlebih dahulu untuk mengambil uang sebagai persiapan beli tiket dan mengantri di sebuah loket. Mo nanges ATMnya bahasa Thailand 😭😭
Di depan saya ada pasangan bule yang juga ingin membeli tiket. Kebetulan saya menguping dan sibuk menerjemahkan percakapan si bule dengan petugas loket bahwa tiket kereta api habis. Sold out. Hmmmm, saya cemas dalam hati tapi tetap maju sesuai antrian. Saya bertanya ke petugasnya apakah ada tiket ke Bangkok hari ini. Beliau jawab tidak ada tiket tersisa hingga 7 hari ke depan. Yuhu.
![]() |
Pilihan kereta menuju Bangkok |
Saat itu juga menepi dan mulai memikirkan bagaimana cara mencapai kota Bangkok di hari itu juga. Karena kereta api sudah tidak bisa maka pilihan satu-satunya adalah naik bis.
Membayangkan naik bis lagi rasanya mengsedih dan mau monanges lagi. Bukannya apa, tapi keadaan (interior) bis yang ongkosnya masih masuk di kantong itu memprihatinkan. Sebenarnya sudah terlatih dengan mikrolet Banjarmasin – Pagatan dengan kursi kulit dan dengkul yang tidak bisa bergerak. Tapi kan ….
Saya pun memutuskan untuk naik bis. Berhubung tidak punya sinyal internet, maka saya hanya mengandalkan jawaban orang dimana letak terminal bis. Masya Allah, jauh bos jauh. Stasiun hitungannya di pinggir kota, sedangkan terminal di tengah kota banget. Ada kali jaraknya 5 km dan tidak terlihat angkot. Saya mencoba jalan kaki dan sudah hampir setengah jam jadinya berasa long march.
Di tengah kecapekan ini, lewatlah seorang ibu supir tuk tuk. Beliau menanyakan mau kemana dan saya bilang mau ke terminal bis. Beliau mengantarkan dan saya bayar 300 baht. Entah ini mahal atau cukup.
Begitu sampai di terminal, saya disambut oleh seorang bapak-bapak (sepertinya beliau ini calo) yang mengarahkan saya untuk duduk di kios beliau. Saya ditawari berbagai pilihan tiket bis ketika saya bilang ingin pergi ke Bangkok. Harga tiket berbeda tergantung jenis bis dan jadwal keberangkatan. Saya sebenarnya mau menerapkan prinsip survey harga dengan toko sebelah, cuman ini di negri orang dan malas aja debat tanya pake bahasa inggris hahaha.
Saya memilih bis yang berangkatnya jam 11 siang, which is sekitar 1 jam lagi akan berangkat (katanya) dengan harapan akan tiba di Bangkok tengah malam (perkiraan). Saya bayar tiketnya, masuk ke dalam bis dan tidur (dengan harapan akan dibangunkan saat mendapat nasi atau kudapan kotakan, mbuh ada apa nggak).
Jam 11 dan handphone mulai low battery (dasar hape murahan) namun bis belum berangkat. Isi bis masih terisi setengah. Saya tidur kembali dan terbangun ketika bis mulai terasa bergerak dan mendapati bis terisi penuh. Hmmm kagok sih mendengar masing-masing orang ngomong dalam bahasa Thailand. Saya senyum-senyum sendiri mendengarnya. Perasaan traveling yang sesungguhnya haha.
![]() |
Suasana kota Bangkok di pagi hari |
Setelah keluar kota Nong Khai, bis melaju di jalan yang sepi dan mulus.
Saya pikir pemandangan sepanjang jalan mirip dengan pemandangan jalan dari Pal 17 ke arah Marabahan, penuh dengan tanaman rawa kiri kanan dan sesekali selokan lebar pinggir jalan. Hanya saja tanpa lobang atau barengan dengan truk pengangkut batubara dan kelapa sawit hehe. Sesekali belok dengan sistem belok seperti di jalan tol yang harus melewati jembatan di atas jalan raya jika ingin belok ke arah kanan.
Saya kembali tidur karena enak bangkunya dan terbangun lagi ketika bis berhenti di sebuah rest area. Saya turun dan membeli nasi box karena belum makan sejak pagi dan dipaksa jalan kaki jauh. Setelah sesi berhenti di rest area ini berakhir maka bis kembali melaju di jalan raya yang mulus dan saya kembali tidur.
Saya terbangun lagi ketika hari sudah sore. Tampak jalanan mulai padat dan sesekali macet padahal tadi sepi. Rupanya sedang ada arus balik dan mudik berkaitan dengan hari libur tahun baru. Lagipula besok adalah hari senin dan hari pertama kerja, jadinya ya mirip-mirip orang Indonesia yang pulang mepet tanggal. Akhirnya ya terjebak di kemacetan jalan di magrib-magrib di sebuah padang sabat.
Ketika matahari hampir tenggelam, bis berbelok ke sebuah area yang rupanya adalah terminal luar kota (semacam terminal Kersik Putih) dan menurunkan serta menaikkan penumpang. Terlihat terminal masih ramai, warung-warung makanan bersiap memulai aksinya. Membakar arang, menyiapkan bangku dan meja serta pengunjung mulai banyak. Bayangkan terminal Kersik Putih kalau magrib bagaimana? Sepi gelap wkwkw.
Setelah berhenti lama, bis melaju kembali dan menemui kemacetan di beberapa titik (berasa laporan mudik). Saya tidur-terbangun beberapa kali sampai tertidur nyenyak sampai …… saya terbangun dan isi bis kosong. Saya panik. Mengambil tas di bawah kursi, memanggulnya dan berjalan ke luar bis.
Dalam keadaan setengah sadar saya berjalan menuju sebuah bangunan dan berpikir ‘oh ini terminal Bangkok ya’. Saya berkeliling, melihat jam dan ini sudah tengah malam. Saya celingukan mencari pintu keluar dan bertanya kepada supir bis dimana lokasinya. Supir bis mengatakan ‘ini masih di terminal Nakchon Ratchasima’.
Saya terdiam dan merasa bego. Lah, belum sampai Bangkok rupanya. Ini sih gara-gara tidak punya internet jadi gak tau lokasi sekarang dimana. Saya kembali masuk bis dan duduk di bagian paling depan dan terdiam sambil menunggu orang-orang masuk kembali.
Beberapa menit kemudian, penumpang masuk kembali ke dalam bis. Supir masuk dan langsung memarahi saya dan dengan bahasa isyarat menyuruh saya balik ke kursi belakang. Waduh, serangan syok dini hari hahaha. Saya kaget, takut dan mengantuk.
Begitu bangun dari tidur lagi saya mendapati bis sudah berhenti di terminal lagi. Isi bis juga mulai kosong hahaha. Keadaan di luar masih gelap, dingin dan menuju subuh. Rupanya terminal ini luas juga dan toiletnya lumayan jauh dari parkir bis. Sembari menunggu keadaan agak terang, saya memesan penginapan hanya dengan pertimbangan harga yang masuk akal dan begitu mendapat kata kunci dekat area makan, saya pilih dan bayar.
![]() |
Hari masih pagi banget. Dari terminal bus menuju penginapan jauh banget haha. Saya gak mikir sih kesana naik apa. Saya keluar terminal dan coba nego ojek. Buset ditagih 1000 baht. Ya kali anak Pagatan gak bisa nego harga ojek. (harga diri lagi nih Bay). Saya coba terapkan turun harga seperempatnya dan gimmick menjauh (kaya menawar di pasar Martapura). Ojek kesel dan gak mengindahkan gimmick saya. Dissapointed yet surprised.
Memang tipikal terminal di Thailand ya kayaknya jauh dari pusat kota. Begitu mejauh dari ojek ini, saya menyebrang jalan mengikuti arus orang-orang. Saya amati mereka mengantri masuk ke sebuah area yang mirip stasiun kereta tapi keretanya jalan di atas jalan layang. Lah ini MRT rupanya wkwkw. Saya hanya bisa menatap dari jauh, sudahlah belum mandi, gak ngerti cara mesan kartunya, takut tersesat jauh, lapar dan tanpa internet.
Sampai saya merasa capek sendiri karena pagi banget sudah banyak orang lalu Lalang, duduk di depan minimarket dan berpikir ‘wah ini ya rasanya backpackeran?’. Dulu hanya bisa membayangkan kapan bisa melakukannya. Perasaan ketika sudah capek, hari cuti masih banyak dengan uang terbatas……. Capek. Mau pulang tapi masih jauh.
Comments
Post a Comment