Penginapan selama keliling Kalimantan Tengah

Untuk urusan menginap, saya punya standar sendiri. Tidak masalah mengenai harga, yang penting lampunya bisa dimatiin. Mau kamar mandi di luar, pakai pancuran selang atau gayung bentuk love tidak masalah selama bisa tidur nyenyak. Tapi kalau semua jauh dari standar, mau gimana? Hahaha.

Selama perjalanan keliling Kal-teng kemarin, menginap di beberapa penginapan, di Palangkaraya, Buntok, Tamiang Layang dan Muara Teweh. Total ada 5 penginapan berbeda yang saya inapi dengan harga dan standar bintang yang berbeda pula. Lagipula sudah sadar diri kok, tidak semua kota menyediakan kenyamanan.

Penginapan di Palangkaraya

Saya menginap di penginapan tipe Guest House yang kalau dilihat target utamanya adalah keluarga. Jadinya kasur yang disediakan memang ukuran 2 orang dalam satu kasur. Begitu juga dengan bantal gulingnya, sehingga ada 4 benda membersamai saya saat tidur.

Harganya diatas Rp. 100rebu per malam, namun tempatnya enak. Parkir luas untuk motor dan mobil. Tersedia sarapan yang enak banget. Mana free flow tea pula. Wifi kencang banget sampai kamar. Tadinya yang hanya memesan untuk 2 malam jadi nambah 2 malam lagi karena sarapannya enak banget. Tipe sarapan rumahan dan boleh nambah.

Penginapan pertama di Palangkaraya, bermewah-mewahan dulu

Saat itu memang sepi pengunjung dan saya dapat diskon banyak karena menambah 2 malam setelah menginap dua malam. Stafnya masih muda semua dan baru lulus sekolah tapi sangat gercep dimintai tolong apa-apa (kayak ringkih banget ya minta tolong ama staf penginapan). Sayangnya hanya satu, air mandinya khas air sungai hehe, bukan pdam, jadi ya agak air teh tapi pudar.

Penginapan di Buntok, wah ini sih yang di luar bayangan haha.

Saya memutuskan untuk memangkas budget penginapan semurah-murahnya dan bertemu dengan sebuah losmen di dekat Pelabuhan. Satu kamar per malam dihargai Rp 50.000. murah banget kan? Tapi ada banyak tapinya.

Kasurnya berdebu tipis jadinya badan gatalan sehabis bangun. Kamar mandi di luar dan air terbatas, jadinya nunggu air penuh di bak mandi baru bisa mandi. Kalau orang sebelum saya tidak aware dengan bak mandi, maka wassalam, perlu 15 menit lah menunggu airnya penuh supaya mandi puas kan.

Kamar penginapan sangat sederhana

Selain itu, losmen ini dikeliling ruko depan belakang yang memiliki sarang burung walet. Memangnya kenapa? Ya berisik, kan mereka pasang kaset suara burung 24 jam T-T. paginya begitu bangun ada suara berisik lagi, ternyata sebelah kanan losmen adalah: bengkel las hahaha.

Puncak komedi adalah : lampunya tidak bisa dimatikan! Satu-satunya cara agar bisa tidur dengan keadaan gelap adalah dengan mencabut bola lampunya! Nekat lah, matikan saklar, ambil meja, cabut bohlam, nyalakan lagi saklarnya. Nah untungnya setiap kamar ada sakelar masing-masing sehingga aman.

Saya tetap menyalakan listrik saat tidur untuk memasang mat elektrik untuk nyamuk karena : jendelanya hanya ditutupi korden dan nyamuk Kalimantan ya begitulah ya. Malam-malam saya kebangun dan sayup-sayup kok kaya orang ribut diluar. Pikiran sudah melayang kemana-mana dan sudah ngantuk, jadi ditinggal tidur.

Besok paginya, saat santai di depan losmen, tiba-tiba ada satpol pp dan orang-orang berkumpul, waduh, apa ini razia masker ya. Pemilik losmen ngasih tau kalau tadi malam ada orang ngamuk depan losmen makanya ribut dan pagi ini dia bersembunyi di salah satu warung makan dekat losmen.

Benda di dalam kamar hanya ada kasur ringkih yang berdecit ketika kita naiki, cermin yang sudah tidak mengkilap lagi dan sudah berumur, meja kayu ala nakas alias meja belajar tapi berdebu dan ada sampah puntung rokok juga kulit kacang, kipas angin pendek yang penutup depannya lepas dan kabelnya kasian kulihat.

Fasilitas lainnya dari losmen ini adalah menyediakan beranda dan kursi sehingga bisa santai sore. Tidak ada wifi, apalagi handuk dan sabun mandi berbungkus logo penginapan, juga sandal hotel lucu.

Namun, pemiliknya baik banget, motor saya diparkirin rapi, helm dan sepatu saya dimasukkan. Sebelum saya pergi melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya, pemiliknya mengisahkan saat losmen ini sedang jaya. Memang lah, lokasi strategis dekat pelabuhan dan pasar, pastilah banyak warga yang datang dan pergi juga menginap di losmen ini, mana murah pula.

Selanjutnya saya masih di kota Buntok tapi pindah penginapan ke pinggir kota. Kali ini nginap di kamar yang oke banget. Bercat putih, ada ac, kamar mandi luas dengan shower dan air panas. Ada televisi dan bahkan ruang gym wkwkw. Surprise lagi ada alfamart di bawah penginapan ini. ini sih cocok banget buat staycation. Mana kasurnya empuk banget.

Tidak ada pengalaman apapun disini, hanya enak banget tidur sambil gedein ac dan selimutan.

Penginapan di Tamiang Layang.

Saya menginap di sebuah hotel transit (?) buat para supir. Bangunannya 2 lantai dengan banyak kamar. Saya mendapat kamar di lantai 2 di ujung Lorong dan lagi ramai yang menginap.

Fasilitas setiap pengunjung akan mendapat sarapan (yang enak banget) berupa ikan patin dan ayam goreng lalu sayur tipikal makan pagi di rumah sendiri. Kapan lagi makan ikan patin gratis hehe. Wifinya juga lumayan kencang tapi tidak sampai ke area kamar dan hanya bisa dipakai di area bersama.

Kamar doble xl wkwkwk

Ruangan kamarnya mengingatkan saya akan suasana kamar peserta lomba osn dulu. Tipe kamar yang luas banget dengan dua ranjang yang terpisah jauh. Terdapat tv di atas meja lemari, kemudian lemari baju, meja kerja, 2 botol air minum dan jemuran baju kecil. Kalau nggak OSN ini tipe kamar buat peserta PON wkwk.

Bayar berapa disini per malam? Seingat saya Rp 150rb. Parkiran aman karena luas dan ada atapnya jadi tidak khawatir sama sekali. AC-nya oke tapi kalau mau matikan perlu klik sakelar karena remotenya rusak. Yang kurang hanya tidak disediakan keset kaki, jadinya saya menggunakan handuk  satunya untuk keset kaki, berhubung dapat 2 handuk.

Penginapan di Muara Teweh

Di Muara Teweh saya menginap di sebuah losmen yang dikelola oleh keluarga. Lokasinya sangat strategis, di depan jembatan baru dibangun dan dikelilingi pasar. Tidak salah pilih. Saya datang di waktu magrib dan penjaganya sedang membaca al Quran.

Karena tidak bisa booking online, maka langsung memilih kamar di tempat. Sayangnya saat itu yang tersedia hanya yang ber-AC, padahal saya gak menggunakan dan kalau ada kamar yang tidak pakai kipas pun saya oke saja. Ya sudahlah, untung saja harganya murah banget, hanya Rp 100rebu per kamar per malam dan bisa dibayar belakangan wkwk.

Losmen ini memberikan sarapan berupa nasi kuning dengan lauk telur pindang dan segelas teh hangat yang kemanisan. Untung saya suka aja haha.

Kamarnya tipikal kamar kai nini bahari
Losmen ini menempati sebuah rumah dengan banyak kamar dan berlantai dua, sayangnya lantai dua tidak bisa dinaiki entah kenapa. Untuk kamarnya sendiri lumayan lega dan ada dua kasur di kamar saya, hmm, aneh sih. Kedua kasurnya masih dilapisi plastik yang jujur mengganggu banget kalau tidur karena berisik kresek kresek.

Lampu di kamar ini pake gagang mode jadul hihi. Tamu juga akan mendapat 2 botol air minum dan peralatan mandi. Saya meminta selimut dan yang datang kain tipis, mana tahan buat AC kan hehe. Untuk wifi lumayan kencang sih, saya tetap bisa kerja dan meeting kok.

Apakah akan kembali lagi untuk menginap disini? Tentu saja, karena aman dan nyaman. Kalau kamar penuh? Tenang, saya sudah menyimpan nomor pemiliknya jaga-jaga kalau ada kesempatan balik ke kota ini.

Bonus. Penginapan di Amuntai.

Saya ngantukan kalau perjalanan jauh, memutuskan menginap di Amuntai satu malam. Saya memilih yang murah saja asal bisa tidur dan pilihan jatuh kepada losmen di tengah pasar. Sempat kesasar mencari losmen ini karena tidak memiliki papan nama dan ditutup oleh bisnis lain. Maklum lah.

Saya masuk ke dalam penginapan dan tidak ada meja resepsionis. Di dalam hanya ada ibu-ibu yang mencuci, meja kecil dan kardus bertumpuk. Apakah ini benar losmen ya. Kemudian muncul seorang bapak dan beliau menyelesaikan administrasi secara cepat. Harga per kamar per malam hanya Rp 80rb. Lumayan lah untuk satu malam.

Saya diantar ke kamar yang berada di lantai 2. Beliau memberikan saya kamar yang dekat tangga dan terpisah dengan rombongan tamu lain. Pilihan bijak pak. Saya lihat rombongan tamu ini memiliki anak-anak yang pasti ribut kalau malam.

Mengingatkan akan film ....

Dalam kamar ini hanya ada : 2 ranjang kayu, tilam putih, bantal yang sudah tipis, jendela tidak bertirai, jemuran kecil dan kipas angin kecil. Kuncinya pun pakai gembok besar kaya gerbang sekolah. Dindingnya dari kayu tipis dan benar saja, tiap berapa menit sekali kaki saya terantuk dinding. Saya menggunakan handuk menutupi jendela yang tidak bertirai karena jujur ini menakutkan haha.

Malamnya saya tidur awal karena capek dan kenyang. Setelah tertidur, saya terbangun, suara anak menangis bergantian dengan suara ibunya yang menenangkan anak untuk diam dan segera tidur. Hadeeeeeeh, saya mengambil bantal satunya lagi dan tidur dengan menutupi telinga.

Tapi nih ya, dimanapun kita tidur kayaknya selalu ada gangguan ya. Terkecuali di hotel berbintang wkwkw. Soalnya pernah tidur beberapa malam di hotel di atas mall hihi, dan enak banget. Yah begitulah, siap-siap berdamai aja mah.





Comments

Popular Posts