Kulineran Asean


Tujuan utama saya ke Vietnam adalah saya ingin meromantisasi rasanya pertama kali makan Pho. Setelah kurang lebih lima tahun memendam rasa kepingin itu, akhirnya pecah juga. Pertama pergi di 2015, kemudian saya berjumpa kembali dengan Vietnam di 2019 akhir.
 
Teman saya bilang bahwa Pho dari Hanoi dan Ho Chi Minh akan berbeda rasanya. Selain rasa kuah berkaldu yang beda, beberapa istilah juga beda.  Namun rasa pho ya cenderung sama, hehe. Rasa hirupan kuah segar karena jeruk nipis, agak berlemak karena kaldu, mie beras yang licin dan uapnya yang mengepul ke muka.

Pho Ga, Hanoi

Pagi yang gerimis, kedai pho di dekat pasar, uapnya yang mengepul dari dandang berisi kuah menarik minat saya untuk mampir. Ketika mencicipi, rasanya khas mie beras yang tipis tapi terasa lebih besar dan sekilas agak mirip rasa  bihun cuman lebih kasar sedikit.
 
Irisan dagingnya sih tanpa bumbu karena mereka mengandalkan kaldu kuahnya untuk rasa. Oh iya, tidak ketinggalan dengan taburan daun bawang yang banyak. Nah, bedanya antara di Ho Chi Minh adalah, kalau di Hanoi, Pho akan selalu dilengkapi dengan cakwe yang rasanya hambar. Kenapa hambar? Karena cakwe di Indonesia rasanya agak asin dan dimakan dengan cocolan saus sambal.
 
Pineapple Yakult
 
Ini iseng sih, mampir ke store kecil dan melihat mereka jualan apa aja. Eh ada minuman dingin. Eh beli. Eh enak. Lagipula, nenas kan bukan rasa yang umum untuk minuman di Indonesia. Paling banyak adalah coklat, stroberi atau vanila. Belakangan barulah ada rasa baru, seperti pisang, taro atau caramel, itupun rasa campuran dengan susu. Selain itu adanya markisa dan apel.

Mie Instan dan Sambal Kereta


Sambal adalah salah satu side dish ritual makan negara di Asia. Meski tidak diulek dan masing-masing negara punya komposisi bahan sendiri sehingga menciptakan masing-masing sambal di berbagai negara di Asean memiliki rasa yang unik. Sebagai orang yang tahan makan sambal, saya tidak akan mengatakan bahwa sambal di Indonesia adalah terbaik atau terpedas atau apalah. 
 
Semua sambal enak. Tergantung apa main course-nya. Misal, sambal cabe+garam itu enak banget kalau dimakan dengan apapun hehe, nah sambal matah cocok dengan ikan laut bakar, dsb. Nah, di Vietnam, Kamboja dan Laos, sambalnya umumnya disajikan di dalam toples. Alias ambil sendiri sambalmu, nak.

Umumnya adalah irisan cabe aneka warna, sesekali terlihat ada potongan bawang putih, bawang merah atau dengan tomat. Ada yang cuman diiris atau dicobek seperlunya. Ada yang air biasa, ada yang ditambah air jeruk kecil entah jeruk purut atau apapun, ada yang minyak. Enak? tergantung. Kalau makan mie rebus, enak yang bentuknya irisan. Kalau yang diulek setengah hati, enaknya sama seafood dan ayam bakaran. Nasinya jangan ketinggalan. Harus yang hangat dan terksturnya seperti ketan. 




Vietnamese Spring Roll, Saigon dan sambal di Siam Reap



Pindah ke lain hari, selama di Vietnam saya melanjutkan jalan-jalan sendirian. Berbekal pengetahuan dari Rizki tentang kegunaan google maps dalam menggunakan bus umum di Hanoi, maka saya nekat turun di sembarang tempat. Tujuan pertama adalah Gereja pink. Setelah sampai di lokasi, ternyata tutup. Saya putar balik menuju sebuah taman yang terletak di distrik 1. Melewati bundaran dan bertemu dengan gereja dan Saigon Central Office wah berasa nostalgia haha.

Saya lanjut berjalan kaki menuju kawasan kampus dan berhenti di sebuah taman yang ternyata sedang ada Festival. Saya masuk saja (pengalaman lihai masuk acara kampus lain di Banjarbaru) dan rasanya ya sama saja seperti festival di kampus ULM Banjarbaru ekekek.
 
Di dalam Festival ini ada deretan tenda yang jualan makanan, baju dan panggung utama. Yang membuat tampilannya menarik adalah kemasan. Booth makanan disajikan dengan segala hiasan aetshetic-nya dan saya menghampiri booth makanan berupa van yang jualan ................ lumpia alias Vietnamese Spring Roll. Kalau tidak salah, mereka jual dengan harga 20.000 VND.

Edisi Penang

Hokkien Mie, Penang

Nah, kalau foto terakhir adalah sebuah bihun goreng yang saya makan di sebuah kedai kecil nan rame di ruko-ruko Penang. Rasanya? gurih dan asin yang utama karena kaldu udangnya yang membuat bihunnya berasa saya pikir. Kemudian agak manis juga karena apalah makanan tiongkok tanpa kecap-kecap segala merk. Harganya hanya 5,5 RM atau sekitar Rp. 18.000. Saya makan dengan Teh Tarik hangat yang dihargai 1,5 RM. Nikmat.

Comments

Popular Posts