Kuliner Asean Part 1
Jalan-jalan atau backpacker-an (whatever you named it), tidak akan lengkap tanpa kulineran. Mencicipi berbagai cita rasa lokal baik yang ditemui di pinggir jalan atau dengan bikin daftar restoran tujuan atau bahkan warung makan kecil dengan bangku plastik pendek yang tidak sengaja ketemu di dalam gang-gang sempit.
Total ada 22 hari perjalanan dan asumsikan saja makan 3 kali sehari, maka harusnya ada 66 jenis makanan berbeda beserta fotonya. Tapi kok cuman ada segini? hahaha. Kadang risih juga foto-foto makanan, atau sudah tidak mood foto bahkan sebagian ada yang kelewat difoto dan sudah habis duluan. Yakali pesan sekali lagi hanya untuk fotonya saja. Hemat bos.
Tapi, jangan menyesal atas foto yang tidak ada namun bersyukurlah karena ada sebagian santapan yang sempat terekam.
![]() |
Taro bun, Hanoi. |
Sebagai konsumen convenience store, saya cenderung memilih rak yang menampilkan makanan lokal. Seperti di Makassar atau Kendari, pasti ada rak khusus roti dengan berbagai rasa yang beda daerah beda rasanya. Sama dengan kota lain di Indonesia.
Apalagi di Vietnam, masa kunjungan ke alfamart lokal dilewatkan begitu saja. Jadilah beli satu roti rasa taro alias talas. Sungguh pilihan yang absurd, karena sebenarnya banyak pilihan rasa buah yang lain. Rasanya? ya kayak bakpao rasa talas dengan agak manis sedikit. Harganya 5000 Dong atau sekitar Rp. 2900-an. Makan roti kukus hangat ini ditengah kota Hanoi yang dingin gerimis? layak dicoba.
![]() |
Nasi Kandar, Penang |
Saya memang sengaja mengincar untuk makan nasi Kandar sejak membaca thread-nya di Twitter. (Kebetulan anaknya mudah ter-influence dan disetir sosmed). Penasaran juga sih dengan rasa aslinya, soalnya ini adalah Nasi Kandar yang dijual di pertigaan jalan dan bukan yang direkomendasikan oleh berbagai travel blog.
Maka, untuk rasa saya pikir rasanya akan sama dengan nasi campur lah kalau di Indonesia atau warteg (?) dengan pilihan sayur dan lauk yang beragam. Satu porsi dijual seharga 6-8 RM atau sekitar Rp. 20-30ribuan. Jangan lupa minumnya boleh pilih suka-suka, saya sekalian nyicip milo ais dan teh tarik.
![]() |
Com Ga, Hue |
Tengah hari, capek keliling kota Hue untuk nyari bus terusan ke Danang, rasanya lapar dan nemu warung makan pinggir jalan. Hore!.
Satu tips untuk yang bingung dengan bahasa Vietnam adalah warung makan yang jualan nasi campur selalu ada banner bertuliskan 'COM' di depan kios mereka yang artinya adalah 'nasi'. Lauknya ya pilih-pilih ya. Hati-hati dengan tampilan mirip bulgogi wkwkw. Amannya makan sayur aja lah. Porsi segini biasanya 25.000 VND atau sekitar Rp. 18.000. Gratis minuman berupa cha atau teh tawar yang berwarna agak hijau muda tipsi dan berasa pahit, minta es aja sama mbaknya biar segar.
![]() |
Kebab, Mui Ne |
Sejujurnya ini salah satu makanan terenak selama perjalanan kemarin. Kebab di Mui Ne. Absurd kan? Mengapa ada orang Vietnam jualan makanan khas Timur Tengah di sebuah kota kecil. Ya demi mencari nafkah lah, apalagi alasannya kalau bukan terhimpir ekonomi ala generasi sandwich *uhuk.
Kebab ini dijual seharga 52.000 VND atau sekitar Rp. 30ribu. Murah meriah untuk ukuran saat itu ya. Saya perhatikan saat makan disini, kebanyakan pelanggannya adalah turis dari Korea. Darimana saya tau? sebuah kalimat berakhiran -imnida keluar dari mulut mereka.
Kalau gak mau makan kebab gimana? ada kok di dekat sini warung makan gaya Arab juga. Mungkin karena banyak turis dari timur tengah kali ya.
![]() |
Sarapan Hotel, Danang |
Sarapan di sebuah hotel di Danang hanya memberikan dua pilihan, mau roti atau nasi goreng. Aku pilih roti untuk hari pertama dan nasi goreng untuk hari kedua. Rasanya? ya apa mau dikomentari dari roti tawar, telur goreng, buah naga, timun, kecap dan saos botolan? Nasi gorengnya juga hambar. Rasanya sangat berbeda dengan nasi goreng di Indonesia yang bumbunya ada berapa wadah sendiri dan inilah nasi goreng beneran yang nasi hanya digoreng tanpa bumbu apapun. Bisa jadi ini gegara aku dapat bagian pinggir wajan yang lupa diaduk. Biaya nol karena sudah termasuk biaya penginapan.
![]() |
Chicken Noodle, Vientiane |
Katanya chicken noodle, tapi kok tampilannya bakso? yah suka-suka penjualnya. Seingat saya disini hanya ada dua pilihan mau sapi atau ayam, eh ada ding seafood. Nah semua pilihan rasa tersebut ada dalam bulatan baksonya. Rasanya? tipikal rasa mie kuah di jajaran Indochina (wuidiiihhhh), segar karena ada jeruk nipisnya, krenyes karena sayurnya segar dan mentah, less micin (i guess), bau dan rasa kaldunya menyengat. Harga semangkoknya adalah 12.000 KIP atau sekitar Rp. 18.000. Cocok banget dimakan siang hari.
![]() |
Sambal, Bangkok |
Ketika di Bangkok dan mampir ke rumah makan, saya perhatikan sambal mereka umumnya disajikan seperti ini. Hanya irisan cabai ukuran tanggung, dicampur minyak atau kecap asin, terkadang ada irisan bawang putih dan mungkin juga ada bumbu yang lain dan sambalnya tidak dicobek hhe. Sambal begini cocok untuk dimakan dengan mie kuah.
![]() |
Curry Noodle, Bangkok |
Mie Kari ini saya santap di sebuah kios kecil di samping Mesjid di Bangkok. Lupa apa nama areanya. Pokoknya sebuah mesjid berwarna biru kehijauan dengan madrasah di depannya. Karena sudah lepas zuhur, saya pun memesan seporsi Mie Kari. Ada banyak mie yang beliau jual, tapi saya tertarik pesan ini karena penasaran dengan rasa kari di Thailand.
Rasanya? lebih kental dari kari di Indonesia, tetapi dagingnya tidak berasa kari, malah cenderung hambar. Mungkin karena tidak dimasak bersama dengan kuah kari. Setealah disiram kuah, ada condiment berupa kacang tanah tumbuk dan tahu. Harganya 25 THB atau sekitar Rp. 12.000. Minumnya? kebetulan bawa tumblr dan baru aja abis minum thai tea hehehe.
![]() |
Pad Thai, Bangkok |
Selama di Bangkok, makan malam saya habiskan dengan nongkrong di warung dekat penginapan. Sebuah ruko sempit yang berada di perempatan jalan yang diisi oleh tiga orang mbak-mbak bercelemek dengan meja makan beserta kursi plastik dengan sandaran bertebaran di perempatan jalan menuju penginapan. Proses memasak mereka lakukan di pinggir jalan sehingga bisa kita intip. Khas streetfood ya.
Pad Thai mengingatkan saya akan Kwe Tiau di Indonesia. Mie tebal yang ditumis dengan banyak sayur dan daging. Pad Thai ini rasanya asin karena pasti dari bumbu dan kecapnya dan juga segar karena sayurnya memang enak. Satu porsi dijual seharga 50 Baht atau sekitar Rp. 24.000. Ada banyak warung Pad Thai bertebaran dengan harga yang lebih murah dan porsi yang bisa disesuaikan, tapi yang dekat dengan penginapan dan tidak terlalu ramai juga enak, jarang haha.
![]() |
Hainan Chicken Rice, Vientiane |
Malam terakhir di Vientiane, saya putuskan mau makan enak dan porsi banyak. Ketemulah warung yang jualan nasi ayam Hainan yang berada di kawasan kilometer nol kota Vientiane. Di sekitar ini banyak ruko yang jualan oleh-oleh, pakaian dan beragam gerobak makanan dengan antrian bergerumbung (Laris banget nih pak). Tipikal kawasan turis lah.
Seporsi Nasi Ayam Hainan ini dijual seharga 20.000 KIP atau sekitar Rp. 32.000an dan sudah mendapatkan sepotong ayam goreng yang dimasak gaya Hainan, nasi yang enak banget, sayuran berupa timun dan daun ketumbar, semangkok sambal pedas asam asin dan teh tawar yang unlimited tapi gelas dan es batunya ambil sendiri. Kenyang?
![]() |
Quang Noodle, Danang |
Saat itu siang hari di Danang dan saya dan teman saya sedang menunggu kereta berangkat menuju Saigon dan kami memutuskan untuk mampir ke sebuah rumah makan di depan stasiun. Saya memesan Quang Noodle karena masih penasaran dengan rasa yang sebenarnya.
Rasanya? hmm cenderung hambar karena mie ini adalah bukan tipe
mie kuah atau mie goreng. Jadi miapa dong? Pokoknya kuahnya seiprit dan berada
di dasar mangkok. Jadi mienya harus diaduk dulu. Saya baru tau cara makan mie
ini belakangan setelah melihat meja sebelah memakannya. Rasanya tambah aneh
ketika ada kacang tanah, sayuran sekebon dan daun ketumbar yang berbau
menyengat dicampur dengan mie hambar. Eh bukan aneh, tapi otentik. FYI, sumpitnya gede bingit.
![]() |
Chicken Basil, Bangkok |
Sarapan di Bangkok hari kedua adalah ini, nasi campur lauk Chicken Basil. Saya lupa menanyakan apa nama masakan ini karena seingat saya ada istilah khusus untuk Ayam asam manis yang ditumis dengan sejenis daun harum ini di Thailand. Nanti lah cek lagi di masterchef Thailand. Sayurnya saya pilih timun dan sawi yang ditumis. Rasanya? pedas mampus tapi enak banget. Ayamnya empuk. Tapi pedas. Minumnya es teh gratis tapi bukan Thai Tea loh ya apalagi dum dum (dibaca deum-deum). Sepiring nasi campur begini harganya 30 THB atau sekitar Rp. 14.000
![]() |
Roti Canai, Penang |
Penang, menafsirkan dirinya sebagai ibukota kuliner Malaysia. Sampai-sampai ada Wonder Food Museum di kota ini. Maka, saya pun mengatakan pada diri ini bahwa setiap hari harus mencicipi makanan yang berbeda. Saya menginap di pusat kota yang banyak sekali berjejer ruko atau gerobak bahkan kios kecil yang jualan makanan. Mulai dari roti-rotian, mie goreng, seafood diapain, dimsum dan lain-lain.
Sarapan hari sekian saya mulai dengan Roti Canai yang dijual gerobakan dan terdapat meja makan pakai tenda biru yang jual adalah satu keluarga keturunan India. Mirip lah sama warung nasi kuning dekat pangkalan ojek.
Karena sudah pernah makan Roti Canai sewaktu di Natuna jadinya tidak punya ekspektasi apapun. Ternyata, kari ayam yang disajikan enak banget. Tipikal kari-kari dengan bumbu berlebih dan kuah yang meluber. Saya selalu penasaran bagaimana rasa kari ayam yang ada di film-film India, dan tercukupi lah harapan saya di Penang. Harganya? 4,2 RM atau sekitar Rp. 15.000 sudah dengan segelas teh tarik.
Tulisan ini akan bersambung ke part 2 dan bisa di cek tulisan lainnya seri Natuna dan Sulawesi Tenggara.
Comments
Post a Comment