Piknik ala anak kebun

Demi apa ini ada ide manajer untuk piknik dengan mengajak seluruh orang, mulai dari level asisten sampai direktur untuk jalan-jalan.

Berawal dari rapat rutin saban senin yang sebenarnya tidak hadir pun tidak masalah tapi kadang dicariin dan setelah pembahasan rencana tebang buang dan tebang giling tahun 2019, tiba-tiba ada ide untuk survey calon lahan yang katanya seluas 1000 hektar tetapi berada di kecamatan lain. Okelah langsung diatur, besok langsung turunkan 5 mobil dan ditugaskan siapa yang bawa makanan ini itu.

Hari H.
Kami semua mengira, bisa duduk empuk di dalam mobil ber-AC dan sambil spotify-an, hancur itu bayangan. Semua orang diajak ikut. I mean, kebun beneran kosong :D sehingga saya dan asisten yang lain tidak kebagian mobil karena ada staf berebut dulu-duluan masuk mobil akhirnya terpaksa duduk di mobil pick up yang berakibat pantat sakit banget karena seharian duduk di palang besi. Mana yang nyupir tidak punya perasaan. Orang-orang bilang dia monster kalau bawa motor, dan saya percaya itu sekarang. 

Asiknya adalah saya berkesempatan melihat desa-desa yang sungguh keren sekali. Morengke, Wia-wia, Kolombi Matausu. Saya tidak habis pikir masih ada desa tanpa listrik yang berada di tengah-tengah Sulawesi tenggara. 

Desanya beneran cantik. Meski tidak asri. Bangunan rumahnya tipikal rumah adat bersusun rapi yang seandainya tercium anak instagram pasti mereka bakalan pergi kesini dan futu-futu demi konten fufufufu kemudian viral dan desa ini menjadi banyak pengunjung tapi nanti banyak sampah atau mengganggu daily life of penduduk desa. 

Sepanjang desa banyak pohon kolang-kaling yang tidak dipanen. Sayang sekali. Penduduk juga banyak yang menanam lada dan jambu mete. Kemudian banyak juga penduduk yang sedang menyuling Nilam. Ini pertama kali lihat penyulingan Nilam meski tidak sempat mengikuti prosesnya tapi kupikir ini mirip dengan penyulingan minyak kayu putih kayak di laptop si Unyil. 

Tentu saja ada bonus yaitu pemadangan sebuah sekolah dasar yang berlatarkan gunung. Ini sih pemandangan paling epic. Saya membayangkan pasti pagi disini berkabut ala-ala desa misterius dan bila diupload ke sosmed bakalan banjir like
(nape sih Bay pikiran lu sosmed terus?)

Perjalanan ternyata tidak berhenti disini, malah kami tersesat. Menemui jalan buntu yang diputus oleh sungai yang jernih dan lumayan lebar tapi masih lebaran sungai-sungai di Kalimantan sih. Mobil berlanjut ke arah Kolaka dengan tujuan piknik di pinggir pantai. Subhanallah 3 jam duduk di palang besi mobil pick up. Suatu perbuatan yang mulia. 
Mengakibatkan batis katur dan burit panat

Di tengah jalan, sempat-sempatnya mobil belakang pecah ban. Beruntung saya berada di mobil terakhir yang penuh dengan kue. Sempat-sempatnya manajer ngomongin satu staf yang bawa Ubi Kayu mentah dan hanya 5 biji sementara orang yang ikut ada satu RT  >o<

Tapi ya, bentang alam Sulawesi tenggara ini gila sih. Bukit-bukitnya yang berundak-undak itu cantik banget. Mana sepanjang jalan ditemani oleh bunga pohon Gamal yang sedang mekar. Cantik banget. Kemudian berakhir di pantai yang airnya sama biru dan jernihnya dengan pantai di Natuna. Sayang sekali saya ke pantai dengan kostum berangkat kerja dengan kemeja, celana kargo dan sepatu boot, batal ootd. 

Di pantai hanya 30 menit. Anjir. Ngapain piknik sebentar banget. 

Akhirnya pulang kembali menuju mess dan memerlukan waktu sekitar 2 jam dan untungya jalan beraspal. Tapi berlubang. Hmmmm. Prank apa ini, ya Allah. 

Sepanjang jalan pulang lewat kecamatan Poleang, sumpah cantik banget. Barisan pohon kelapa, air laut yang bergradasi biru, persawahan yang mulai kering dan berwarna coklat sampai pegunungan yang sampai sekarang saya masih mencari apa namanya karena tidak ada di sumber informasi manapun. Memang Sultra ya. Bikin susah resign, hmmmmm.

Comments

Popular Posts