Akhir Pekan di Kolaka
Bersih.
Keren. Panas menyengat. Itulah sederet kata-kata yang terlintas dalam pikiranku saat
berkeliling kota Kolaka dan jika ditanya apa first impression-ku terhadap kota ini. Sebagai kabupaten geek (yha), aku mudah jatuh cinta sama kota-kota kecil yang
punya aura tersendiri. Aura apa nich Baaay?
![]() |
Kolaka
adalah nama kota sekaligus nama kabupaten di Sulawesi tenggara. Kota ini
berlokasi di pinggir laut eh nggak ding di atas laut malah. Hampir. Kota
ini bersisian dengan Teluk Bone sehingga cocok banget untuk menikmati
sunset. Terdapat pelabuhan besar untuk kapal dan bandara di Pomaala yang memudahkan untuk pergi
dan datang ke kota ini.
Tempat populer untuk bersantai bagi anak muda di Kolaka berada di pinggir laut yang kalau siang hari terasa panas
sekali tapi kalau malam malah sejuk karena pengaruh angin pantai. Cocok lah buat ngumpul dengan teman se-genk
sambil makan pisang epe dan memandang bukit dengan tulisan Kolaka besar seperti
Hollywood punya.
Menurut sebuah portal berita daring, Kolaka sudah tujuh kali mendapatkan Adipura. Pantas. Kotanya bersih dan rapih.
Ada sih sampah di beberapa titik, tapi besok paginya semua terkumpul rapi jadi satu di tempat
sampah. Keren banget. Sayangnya saya hanya dua hari satu malam di Kolaka,
sehingga tidak bisa mengunjungi banyak tempat padahal kota ini sangat menarik untuk
dijelajahi. Saya hanya sempat berkeliling kota di malam hari saja.
Yang asiknya
adalah, kota ini memiliki lumayan banyak distro yang menjual busana trendi masa kini. Setiap
berpapasan dengan anak mudanya, saya memperhatikan merk pakaiannya dan
sepatunya yang āwawā berkelas hehehe. Oke, ini kebiasaan buruk. Bangunan di
kota ini disusun rapi kayak gedung di monopoli, haha. Pada bangunan kantor
pemerintahan ada fasad dengan corak khas Sulawesi, entah itu motif tenun atau
yang lain tapi keren banget ditaruh di depan kantor bupati.
Sebenarnya, Kolaka hanya tempat menginap saja, destinasi utama yang ingin kudatangi adalah Danau Biru Kolaka dan Sungai Tamborasi yang berjarak dua jam perjalanan dari Kolaka dan berlokasi di kabupaten Kolaka Utara.
Sungai
Tamborasi diklaim sebagai sungai terpendek di dunia menurut Guiness Book of Records. Panjangnya hanya kurang
lebih 20 meter dengan lebar 15 meter. Hulu sungainya berada di bawah tebing jalan trans Sulawesi.
Muara sungainya langsung menuju pantai Tamborasi. Sekeliling sungainya dipenuhi oleh pasir
putih dan sesekali ada monyet menampakkan diri diantara pepohonan yang menaungi tebing di pinggir pantai.
Sebagai anak Kalimantan,
bayangan saya tentang hulu dan muara sungai adalah seperti sungai-sungai di Kalsel pada
umumnya, yaitu hulu sungai yang penuh dengan batu besar dan arusnya deras dan juga
muara sungai yang biasanya akan ada delta terbentuk atau buaya air payau. Nah ini, sungainya boro-boro
ada buaya, ikan sumpit pun malu kayaknya kalau cuman berenang disini saking
pendeknya. Gengsi juga kalau dikatain cemen sama ikan sungai lainnya. (Ikan Saluang can relate).
Nah,
Danau Biru hanya berjarak 7 menit berkendari motor dari sungai Tamborasi. Jika dilihat sekilas, danau
ini seperti air tawar yang terjebak di suatu kubangan yang dikelilingi oleh
batu karang dan batuan keras (mungkin bahan penyusunnya adalah batuan karst).
#soktau #sokahlibebatuan #SJWtatalingkunganpariwisata Tempat ini bersih sekali
karena sudah ada petugas penjaganya, bahkan sudah dilengkapi dengan mushola, gazebo dan warung makan.
By the way saat lagi duduk menikmati pemandangan disini, saya bertemu
dengan salah satu pedagang yang menyewakan ban untuk berenang yang merupakan orang asli daerah sini. Ia bercerita
bahwa sejak kecil ia sudah tahu bahwa ada danau biru disini namun hanya sejak
tahun 2002 daerah ini dibuka untuk umum dan sekitar tiga tahun lalu pemerintah baru membangun fasilitas jembatan dan tangga undakan untuk berenang.
Jika
ada umur panjang lagi, saya ingin kembali ke Kolaka berkali-kali lagi hanya
untuk berkeliling kotanya saja karena menurut saya kotanya menarik. Saya bahkan
belum sempat mencari oleh-oleh dan makan makanan khas (wah parah) karena
mengejar waktu pulang ke Bombana karena mess perusahaan ada jam malam hahaha
kayak kosan cewe yha. Nggak ding, karena malas saja pulang terlalu malam.
Berdasarkan google maps, perjalanan dari Kolaka menuju site akan ditempuh dalam
waktu 4 jam. Mampus. Rata tuh pantat. Sampai muntah hijau mungkin itu jok motor
didudukin selama 4 jam.
Untuk
itu, kami menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke Padang Jongga di daerah
Poleang. Ini adalah salah satu pemandangan geografi terunik yang saya temui di
Sulawesi Tenggara. Satu kawasan lapang dimana sebelah kanan jalan adalah
bukit-bukit seperti bukitnya sirkel Tinky winky sedangkan sebelah kiri adalah padang
penggembalaan hewan ternak milik warga. Di musim kemarau pemandangan ini seperti Baluran
featuring area 51. Syuting Interstellar bisa nih menggaet kecamatan Poleang
untuk sekuelnya.
Lagi-lagi,
Sulawesi tenggara membuat saya terkejut. Pemandangan alamnya benar-benar
terbentuk cantik secara alamiah. Seingat saya tempat ini jarang menjadi
trending topic dan bahan riset nasional (lagi-lagi sok tau), nah ini berpotensi banget nih. Bagi kamu, yang
sangat menyukai perjalanan dibandingkan tujuan, jalan di Sulawesi tenggara akan
membuatmu berkata wow berkali-kali. Coba saja.
Comments
Post a Comment