Selamat Ulang Tahun Pagatan!
Sang surya di pagi hari ...
Memancarkan sinar abadi ...
Derap langkah putra ibu ...
Terus maju ke medan bakti ...
..... anak Pagatan tentu hafal penggalan lagu tersebut. Yup,
itu adalah Mars Kota Pagatan. Sudah 60 tahun lamanya kota ini bebas dari
penjajah semenjak 7 februari 1946 silam. Saya lupa, penjajah yang mana yang
pergi diusir dari kota pagatan ini. masih dalam suasana perjuangan, saya akan
menuliskan beberapa pikiran saya yag juga hasil diskusi ringan malam-malam
bersama teman saya.
7 februari biasanya akan diperingati dengan Pawai atau
Karnaval yang pesertanya dari anak-anak sekolahan di sekitar kota Pagatan.
Mereka akan berkeliling kota pagatan yang rutenya dimulai dari depan kantor
memutari desa Pasar Baru dan kembali ke depan kantor Camat. Seingat saya
karnaval seperti ini jarang di laksanakan entah kenapa penyebabnya. Masalah
dana ? tidak mungkin. Masa di tingkat pemerintahan, budget untuk memperingati
perjuangan kota sendiri kok tidak ada. Apa karena malas mengelola ? atau karena
tidak peduli lagi dengan sejarah kota ? jangan-jangan bukan asli pagatan.
Hmm,,, yeah syalala.
Ahh, mungkin saya saja yang tak sempat melihat karnaval
karena harus merantau selama 4 tahun ini.
Syukurlah tahun 2016 ini berkesempatan menyaksikan pawai
ini. lucu. Nostalgia. Jadi ingat waktu masih SD, melihat pawai semacam ini
cukup berebutan di pagar sekolah supaya bisa melihat dengan jelas dan meneriaki
peserta pawai. Namun, sepertinya hanya sedikit perbedaan antara pawai sewaktu
saya Sd hingga saya lulus kuliah. Persamaannya adalah, peserta pawai pasti
memakai baju pejuang, suster, dokter, tentara, guru, petani dan aksesoris tandu
sebagai pemanis. Tahun 2016 ini pun kostum para peserta masih sama. Keren.
Sangat keren. Akan menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi penonton. Mungkin
sebagian penonton yang sudah tua akan kembali teringat sewaktu masih menjadi
peserta pawai ini. lalu #Reply dimulai, ea.
Namun, tahun 2016 ini ternyata ada yang berbeda. Rombongan
dari SMPN2 Kusan Hilir kompak menggunakan kostum hitam-hitam. Dengan senapan di
tangan, dedaunan menjalar sebagai kamuflase ala-ala, topi
baret-tentara-anything dan sepatu yang menimbulkan derap bunyi nyaring. Keren!
Ini baru namanya konsep! Seandainya ini dilombakan, rombongan ini haruslah
menang dari segi konsep. Meskipun biasanya bukan Cuma kostum yang dinilai.
Sementara rombongan yang lain, malu rasanya melihat sekolah
almamater dulu. Monoton sekali. Tak ada perubahan. Menampilkan semua yang
mereka punya. Ada paskibra, keluarkan! Dengan segala baju paskib yang putih
bersih tak bernoda! Ada pramuka, keluarkan! Dengan segala emblem, tongkat dan
baju terbaiknya. Ada ekskul lain ? keluarkan semua, pakai semua properti.
Sehingga tak ada konsep yang ingin ditampilkan kepada penonton.
Yang mengherankan dari semua pawai ini adalah, guru-gurunya
ikut namun sebagian besar tidak memakai kostum seperti muridnya dan malah ada
yang naik motor sehingga menyusahkan orang yang menonton. Ahh, mungkin mereka
tidak sempat mencari kostum karena harus mengurus murid dan konsumsinya.
Mungkin juga guru yang pakai motor sedang berusaha menjada muridnya apabila ada
yang terjatuh dan kehausan. Tapi kan ..... ada ambulans di belakang, air minum
? kenapa gak bawa masing-masing permurid ya, pake tumblr gitu ?
Mengenai konsep. Membandingkan pawai di Pagatan dengan di
Banjarbaru yang pernah saya lihat adalah terlihat sekali mengenai konsep.
Memang, peserta pawai di Banjarbaru yang saya lihat adalah mahasiswa dan mereka
total sekali memperseiapkan konsep masing-masing, ada yang zombie, ada yang
vintage dan lain-lain. Konsep di dalam dunia mahasiswa begitu idealis.
Merupakan suatu pondasi dasar dalam melaksanakan suatu kegiatan. Memang sih,
peserta pawai di Pagatan adalah siswa-siswa sd hingga sma, tapi kan ada gurunya
? bukannya dulu guru juga mahasiswa ? moso sih semalam mahasiswa gak pernah
ikut kegiatan macam ini ? selama mahasiswa kemana ? kok muridnya dibiarkan
tanpa konsep dan seadanya ?
Ironis.
Juga hal yang tak pernah berubah adalah, masih banyak
orang-orang yang mengganggu kegiatan pawai ini, entah apa alasannya. Seperti
saat rombongan berjalan, masih ada yang menyalip dengan motor, menyebrang
jalan, ada yang malah pakai mobil. MENGGANGGU SEKALI TAHULAH! Mengapa mereka
tak menepi saja ? apalagi kebanyakan yang pakai motor adalah remaja gadis
kebanyakan. Alay tak tahu tempat.
Berikutnya, semoga saja pawai ini tetap dilaksanakan dengan
tetap menjunjung tinggi nilai perjuangan dan semoga lebih kreatif lagi, baik
peserta maupun panitia pelaksana.
Comments
Post a Comment