Ikut trip #MahakamExplore ke Muara Kaman

Sebetulnya saya sudah lama mengikuti akun instagram Mahakam Explore sambil lihat-lihat kegiatannya menyusuri kecamatan di sekitaran sungai Mahakam. Kayaknya seru ya, jalan-jalan sekitaran sungai Mahakam. Sesekali mereka buka open trip, tapi karena jarak dan waktu, masih belum berkesempatan bergabung.

Sampai suatu hari ada informasi bawah akan ada open trip, mumpung kerjaan belum terlalu riweh, akhirnya nyoba daftar dan sambil menunnggu informasi berikutnya.  Setelah bergabung di grup whatsapp, selanjutnya diinformasikan titik kumpul kami di depan museum Tenggarong, hmm, lumayan jauh ya.

Mendekati hari H, rasanya makin deg-degan karena bakalan ikut trip lagi, sendirian lagi, di kota orang, tempat baru lagi, takutnya gak bisa adaptasi atau takut merepotkan. Tapi ternyata, trip ini seru banget, kenapa? Berikut ceritanya:

Perjalanan dari Tenggarong ke Selerong
Setelah semua peserta berkumpul dan berkenalan di titik kumpul yang ditentukan, kami memulai perjalanan masing-masing. Sebagian naik motor, sebagian lagi naik mobil. Peserta yang naik motor dipandu oleh Aji yang datang bertiga bersama anaknya Hop (yang lucu banget) dan kak Chery.

Meninggalkan kota Tenggarong, jalan berubah dari aspal mulus ke coran semen, kemudian bebatuan, jalan berlumpur dan sesekali melewati persimpangan dengan jalur truk batubara. Sepanjang perjalanan, sesekali akan bersisian dengan sungai Mahakam, keluar masuk desa-desa di sekitaran sungai Mahakam dan jalur truk Batubara lagi.

Desa di aliran sungai Mahakam

Setelah satu jam perjalanan, kami pun tiba di tujuan pertama yaitu di desa Selerong. Di desa ini kami berkesempatan berkunjung ke sebuah calon tempat wisata yang dikelola oleh KIM Selerong berupa perkebunan rakyat. KIM Selerong berupaya mengembangkan gula merah cair yang dipanen dari pohon aren. Kami mendapatkan penjelasan bagaimana mereka memanen, mengolah dan memasarkan gula cair ini.

Rupanya, perkebunan aren ini bukanlah milik pribadi namun milik bersama dan dibebaskan kepada siapapun untuk mengelolanya. KIM Selerong mengambil kesempatan ini dengan memproduksi gula cair untuk pasar kedai kopi atau pembuat kue. Ide ini muncul karena saat ini, aren kebanyakan diolah menjadi gula merah bongkahan dan belum banyak yang cair. Produknya dikemas dalam botol dan berbagai ukuran, mudah dibawa dan cocok sebagai oleh-oleh.

Mencicipi Hubi saput
Setelah panjang lebar menjelaskan proses pemanenan aren sampai pengolahan gula cair, tibalah saatnya kami mencicipi Hubi saput. Penganan ini adalah makanan tradisional orang-orang Kutai di Selerong dan biasanya disajikan saat kegiatan tertentu.

Hubi saput disajikan dalam wadah dari daun

Proses membuat gula merah cair

Hubi Saput adalah ubi kayu dan jagung rebus yang disiram kuah gula merah cair. Terdengar sangat manis sekali rasanya kan? Tapi ketika dicoba tidak begitu manis yang dibayangkan. Kemungkinan karena gula merah yang disiram bukan yang gula merah jadi, tapi hampir jadi alias ada 1-2 proses yang dihilangkan sehingga rasanya tidak begitu manis dan tidak mengkristal cepat.

Namun, memang sebaiknya menyiapkan air minum karena bagi beberapa orang masih terasa manis dan lengket. Bagi yang punya keluhan gigi, sebaiknya juga mempersiapkan diri.

Saput sendiri rupanya adalah teknik mencampurkan makanan dengan siraman gula merah cair, bisa ubi, jagung, ataupun makanan yang lain yang tersedia. Sedangkan prosesnya adalah dengan memasak air panenan nira ke dalam kuali besar yang diletakkan di atas temposo atau tungku alami bekas serang semut di tanah. Kalau dalam bahasa Banjar namanya adalah balambika.

Produksi gula merah cair ini termasuk baru mereka coba lakukan, kurang lebih 2 bulanan namun untuk proses perkebunan gula arennya sudah lebih dari 3 generasi. 

Menuju desa Rantau Hempang

Setelah puas menikmati hubi saput sampai semaput (nggak deng), rombongan kami pun lanjut menyisiri pinggiran sungai Mahakam (lagi) menuju desa Rantau Hempang. Medan jalan pun berubah-ubah dari yang jalanan tanah berdebu, tanah bekas urukan, berbatu naik turun bukit, jalur truk batubara hingga mendekati Rantau Hempang jalurnya kembali nyaman berupa semen coran.

Bertepatan dengan solat jumat, kami pun ishoma sebentar. Beruntungnya, kami menginap di rumah yang persis di samping mesjid jadi enakeun banget buat pengingat waktu solat. Sehabis solat, kami disuguhi makan siang berupa ikan sungai goreng, oseng-oseng kulat (jamur) dan sambal kuini.

Menengok pembuatan Seraung

Selesai ishoma (berasa persami ya), kami melanjutkan kegiatan yaitu berkunjung ke tempat pembuatan Seraung. Kalau di Banjar, agak mirip dengan  Tanggui, yaitu topi lebar yang biasanya dipakai untuk melindungi pemakai dari matahari di kegiatan lapangan.

Seraung dibuat secara tradisional oleh kelompok ibu-ibu yang berumur 30-50an. Bahan bakunya adalah daun Selingsing yang mirip dengan daun pandan besar. Daunnya diambil di tempat yang jauh, sekitar 30 menit - 1 jam perjalanan naik ketinting (perahu) dan dipanen seharian. Daun akan diikat dalam satuan yang bernama berkas. Ketika panen daun, mereka bisa mengambil 3-5 berkas.


Menjahit Seraung

Daun kemudian dikeringkan, dibuang tulangnya lalu diluruskan dan digulung seperti menggulung meteran rol. Proses selanjutnya terbagi menjadi tiga. Proses pertama adalah membuat kerangka “topi’ dengan cara menyusun daun membentuk pola tertentu dan dipotong rapi. Pola akan dibentuk menggunakan bantuan tali pusat dan diberikan batas lingkarang di sekeliling Seraung tempat menjahit seraung agar rapi.

Proses yang kedua adalah membuat lapisan bawah Seraung tempat kepala akan masuk. Untuk proses ini, daun selingsing akan dianyam seperti anyaman tikar yaitu anyaman selang seling namun akan ada pola di ujung yang dilipat agar membentuk sudut bawah yang rapi.

Setelah kedua proses selesai, tahap selanjutnya adalah menghias Seraung agar menarik dilihat atau menjadi pembeda antar satu dengan yang lain supaya tidak tertukar dengan milik orang lain. Hiasan yang digunakan adalah gumpalan benang wol yang diikat di tengahnya yang saya pikir mirip dengan tehnik yang sama ketika membuat boneka waktu sd dulu. 

Lanjut part 2 nanti ya

Comments

Popular Posts