Liburan Singkat ke Barabai

Akhir bulan kapan saya mendapat undangan pernikahan seorang teman semasa kuliah dulu (padahal beda angkatan). Awalnya mau mengurungkan niat karena lokasi acara yang jauh dan malas kalau berangkat sendirian. Eh, tiba-tiba ada grup whatsapp yang ngumpulin orang-orang yang akan berangkat ke lokasi. Lihat daftar peserta yang berangkat, waduh ini yang disebut yakali gak kuy.

Dengan persiapan singkat dan sedikit perbekalan, akhirnya jadilah berangkat di sabtu siang. Total ada 5 orang yang berangkat bareng dari Banjarbaru. Sedangkan 1 orang lagi menunggu di Kandangan. Suasana selama perjalanan ya biasa aja layaknya jalan lintas Kalimantan Selatan, ditambah cuaca panas dan iring-iringan truk dan mobil travel menambah semangat kami untuk segera tiba di tujuan (mulai lebai).

Selagi bertemu satu orang teman (padahal beda angkatan) di Kandangan, rombongan (kisah touring ya pack) istirahat dan makan siang khas kota ini apa lagi kalau bukan ketupat kandangan ayam penyet. Seporsi seharga Rp 15rb yang akan mendapatkan sepotong ayam goreng penyet dan sambal yang menggugah selera makan ditemani segelas besar teh Gunung Satria, trademark teh orang Banjar.

Perjalanan dari Banjarbaru hingga ke Barabai akan memakan waktu kurang lebih 3 jam berkendara motor kecepatan normal. Sepanjang perjalanan akan melewati beberapa kota dan desa penting. Jangan takut keadaan sepi dikarenakan tipikal orang Kalsel yang menyukai membangun rumah di sepanjang jalan atau aliran sungai. Selain rumah, sepanjang jalan juga penuh dengan toko, swalayan dan juga tersedia pom bensin di beberapa titik.

Perlahan, kami memasuki kota Barabai yang ditandai dengan melewati terminal Pantai Hambawang kemudian disambut oleh Tugu Burung Enggang sebagai tugu batas kota Barabai. Kami mengambil arah kanan dan memasuki pasar Barabai. Kemudian mengambil arah kanan lagi menuju Hantakan dan akan numpang bermalam di rumah salah satu teman kuliah kami (padahal beda angkatan) di sebuah desa di Hantakan.

Kurang lebih 10 menit dari pusat kota, kami tiba di depan rumah teman (yang padahal beda Angkatan tadi) kami. Sembari meluruskan badan (usia), mengatur agenda kegiatan dan memposisikan barang bawaan (sumpah berasa touring motor gede) kami pun berdiskusi nir faedah tentang zaman kuliahan dan orang-orang terkait. Selebihnya kami banyak membicarakan tentang sungai yang ada di depan rumah yang kami tempati ini berhubung awal tahun lalu, disinilah pusat perhatian warga banua.

Atas rasa penasaran kami terhadap ‘dimana bisa bermain air secara aman dan nyaman’, maka menjelang sore itu kami diajak tuan rumah yang kami inapi untuk pergi ke sebuah tempat. Terletak jauh menuju ujung jalan aspal satu-satunya di desa tersebut. Kerusakan akibat banjir di awal tahun kemarin masih membekas ke badan jalan yang rusak, hanyut dan sudah tidak berbentuk. Kami berkendara menuju kesana dan harus berhati-hati dikarenakan beberapa ruas jalan sudah tidak berbentuk. Sebelum banjir, jalannya masih aman dan enak karena dilapisi aspal, tutur teman kami ini.

kecipak kecipak batis

Setelah menikmati sepanjang jalan oleh lebatnya hutan khas kaki pegunungan Meratus, kami tiba di sebuah tempat yang masih satu aliran sungai dengan sungai yang di depan rumah teman kami tadi. Namun bedanya, disini badan sungai mulai menyempit dan dipenuhi oleh batu-batu besar membentuk riam dan kolam. Nampak ada seorang warga yang mengumpulkan batu-batu besar dari dasar sungai dan menumpuknya di pinggir jalan untuk diangkut dan dijual.

penyegaran duniawi

Ini hidden gem sih di Barabai (biar kaya orang kota). Lupakan Nateh, Manggasang atau Lok Laga, Hantakan adalah tempat healing terbaru, hehe. Enak banget buat sore-sore nanggung kan abis wfh, duduk di atas batu besar, atau jalan-jalan di pasir dasar sungai atau main-main air tapi tidak mandi. Menghabiskan sore. Sunset-an lah.

Setelah kegiatan ini selesai, kami pulang Kembali ke rumah teman untuk mandi sore, beristirahat dan menyiapakan makan malam (lebih tepatnya menonton tuan rumah memasak untuk rombongan kami).

Niatnya malam tersebut mau turun ke kota dan pasar, tapi ya lebih enak rebahan dan ngobrol ternyata. Hehe. Mungkin dikarenakan pandemi dan sudah lama tidak ngobrol banyak dengan orang yang sefrekuensi, jadinya ya lebih betah ngobrol. Apapun ya. Mau topik berat mau topik ringan. Cocok-cocokan juga selera sih. Tiap orang juga standar yang beda kalau masalah ini.

Namanya bepergian dengan banyak orang yang pasti banyak cerita atau hal yang terjadi ya. Beruntungnya teman jalan kali ini tidak neko-neko yang mudah mengeluh atau yang perajuan (apa sih ini bahasa Indonesianya). Karena selama beberapa jam akan selalu bersama, maka harus banyak menerima perbedaan sudut pandang juga bersikap. Tapi nih yang paling penting adalah sikap tidur harus gelap.

Perjalanan singkat ini hampir berakhir ketika kami pergi ke acara nikahan teman kuliahan (padahal beda angkatan) dulu. Makan makanan kondangan yang enak (dua kali), nontonin acara orang nikahan dan juga ketemu teman lama (yang lagi-lagi beda angkatan), ini perjalanan yang sangat mengasyikan.

Tipe liburan yang ideal. Memenuhi dari segala standar yang ada. Hemat pengeluaran, makan enak, ada teman ngobrol yang nyambung dan harus ada ‘journey’nya. Mungkin karena sudah lama tidak kali ya.

Beberapa kejadian membuat terkenang kala ikut study tour dulu masa kanak-kanak (berasa tua am). Moment-moment ketika study tour yang terus terkenang. Perang kentut ketika mau tidur, siapa yang mengigau tadi malam, rebutan urutan mandi, siapa yang mabuk dan muntah saat naik mobil atau moment makan bareng di random lokasi dan nyanyi sepanjang jalan.

Iya, sekadar memenuhi slogan ‘mainnya kurang jauh’ dan memenuhi undangan teman. Perjalanan ini ditutup dengan berpisah di toko yang jual kue Lam. Kami pun serombongan (kasidah kali ah) dibekali kue bingka bakar yang sumpah enak banget. Kata penjualnya karena pake telur bebek. Kue Lam juga enak banget. Serius.

Bye, liburan singkat. Kapan-kapan ketemu lagi.

 

 

Comments

  1. Vendor tournya kapok jar wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya rabb padahal pesertanya introvert semua, kada mucil jua.

      Delete
    2. Tanangg, kada bejaraan. Next lagii

      Delete
  2. Pasiar ke Cimahi sini Paman Bayu ketemu Rana, disini juga makanan khasnya gak jauh beda: Ayam Geprek ��������

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau bangetttt ayam geprek cimahi gimana rasanya haha.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts