Huruf Vokal dalam Bahasa Banjar
Kayapa habar pian nih? baik haja kalu lah.
Mudahan baik haja nah sakaluargaan.
Kalimat diatas adalah contoh penggunaan bahasa Banjar basa basi ketika bertegur sapa ya. Bila diperhatikan, penggunaan bahasa Banjar hanya memakai tiga huruf vokal untuk dialek hulu, sedangkan untuk dialek kuala tetap menggunakan 5 huruf vokal. Mengapa bisa begitu? tak taulah haha. Mungkin, hal ini ada hubungannya dengan penulisan aksara dalam bahasa Banjar yang pada zaman dahulu meminjam huruf hijaiyah atau menggunakan kaidah aksara jawi sehingga tidak ada huruf E dan O.
Saya, tertarik dan kadang mengamati ada hal yang unik dengan bahasa Banjar. Karena menggunakan kaidah penulisan aksara jawi, maka huruf mati-nya bisa tetap diperhatikan namun huruf vokalnya bisa diotak-atik. Akibatnya beberapa kosa kata dalam bahasa banjar memiliki sebuah pola unik akibat tiga huruf vokal ini. Gimana ya cara menyebutnya?
Misal kata
Tukun, Tikin dan Takana, ketiga huruf ini terbentuk dari huruf konsonan yang sama yaitu T, K dan N, namun huruf vokal penyusunnya berbeda dan diulang. Tentu masing-masing kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda pula.
Tukun
memiliki arti melempar sesuatu dan sama artinya dengan kata hamput dan tawak. Di Pagata, daerah asal saya, kata yang paling sering diucapkan orang-orang untuk keterangan melempar sesuatu adalah hamput dan tawak. Hamput digunakan untuk sebaya, atau dari orang yang lebih tua ke orang muda. Sedangkan Tawak, terdengar lebih kasar dan biasanya mengarah ke perkelahian/kekerasan.
Tikin memiliki
arti menekan sesuatu dengan jari secara kuat. Apa sama dengan tekan? saya rasa
beda. Padanan kata yang pas untuk tekan adalah picik. Tikin bisa menggunakan anggota tubuh selalin bagian bawah. Bisa untuk tangan, jari, kepala atau siku. Sedangkan picik, khusus digunakan oleh jari dan benda yang ditekan berukuran kecil,
Bagaimana dengan Takana ? kata ini bisa berarti Terkena, Mendapat, atau Kadang-kadang. Contoh penggunaan kata dalam kalimat adalah sebagai berikut :
Tukun akan pang sasapu ngintu.
Tikin akan pang meja ngini satumat.
Takananya ha inya ni bisa manjawab soal.
Selain penggunaan huruf vokal yang double dalam sebuah kata, bisa juga dicampur dan malah menghasilkan kosa kata baru. Misalnya Takun yang artinya adalah tanya.
Selain kata diatas, ada lagi contoh pertalian kosa kata lainnya seperti Guntung dan Gantang.
Guntung berarti sungai kecil dan umumnya digunakan sebagai penanda sebuah wilayah, misalnya Guntung Alaban atau Guntung Payung. Sedangkan Gantang adalah satuan yang digunakan dalam mengukur berat beras. Ada yang tau satu gantang setara dengan berapa kilogram?
Berikut kosa kata yang bisa didapatkan jika mengotak-atik huruf vokal pada susunan huruf mati yang sama, yaitu:
Harat, Hirit dan urut.
Gasak, Gisik, Gusuk, Gisak dan Gusak.
Parak, Pirik, Puruk,
Sarak, Sarik, Suruk, S
Sarap, Sirip, Sirap
Halar, Hilir, Hular,
Akan ditambahkan secara berkala ya, jika nemu.
Tulisan ini adalah bagian dari proyek penulisan tentang Bahasa Banjar.
Comments
Post a Comment