Salah satu keresahan dalam Bahasa Banjar

Sudah lama ingin menulis ini, tentang serial tulisan yang membahas keanehan bahasa banjar. Mungkin setelah tulisan ini diterbitkan, aku akan diserang oleh SJW (star syndrom, idih siapa lu). Tetapi, opini dibawah ini adalah bentuk jujur dari beberapa hal yang sering saya temukan ketika sedang membaca atau mencoba menerjemahkan bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar.

Saya kepikiran untuk menerjemahkan beberapa tulisan saya di blog ke dalam bahasa Banjar. Hitung-hitung sebagai latihan menghafal kosakata bahasa Banjar sekaligus mengenalkan bahasa Banjar itu bagaimana. Tapi susah ya ternyata.

Satu, karena saya merasa setengah saja sebagai penutur asli Banjar, kosakata saya sudah banyak yang hilang karena lingkungan saya sekarang multibahasa (asek), bahasa Bugis oleh keluarga Bugis, bahasa Indonesia dari media dan bahasa Inggris, Korea dan Jepang dari hiburan. Salah satu sulitnya dari hal ini adalah ada beberapa bahasa Indonesia yang berhomonim dengan bahasa Banjar tetapi ternyata beda arti dan sudah lupa apa padanan katanya.

Dua, karena bahasa banjar begitu komplek kosa katanya untuk menjelaskan sesuatu seperti jatuh, sakit, marah atau hal lain yang dikenal sebagai medan makna. Akibatnya ketika menerjemahkan, saya tidak bisa hanya mengganti satu kata dengan kata yang lain tetapi harus mellihat keseluruhan kalimat. Kayaknya ini berlaku untuk penerjemahan yang lain ya.

Tiga, sulit juga karena bahasa banjar juga miskin kosakata. Akibat medan makna yang terlalu luas, maka beberapa kata tidak punya bahasa asli dan hanya meminjam dari bahasa Jawa (mayoritas) atau bahasa dayak dan selebihnya peninggalan Belanda. Sudah banyak jurnal yang meneliti tentang bahasa peninggalan. Hal ini merupakan sebuah permasalahan untuk mencari bahasa asli Banjar, sejak bahasa Banjar adalah cabang dari bahasa Melayu yang berbentuk lisan, beraksara jawi dan hampir tidak mempunyai prasasti, manuskrip atau dokumentasi berbahasa banjar, satu-satunya yang tertinggal adalah Hikayat Raja Banjar. Sedih sih.

Misal ketika harus menerjemahkan tulisan dibawah ini :

Sebuah pertikaian selama sebulan berlangsung di Aden, Yaman Selatan antara pendukung Ali Nasir Muhammad dan Abdul Fattah Ismail, yang mengakibatkan hilangnya ribuan jiwa.

Apa terjemahan yang paling pas?

Sebuah? Bahasa Banjar mengenal 'sabuting' untuk benda, 'saikung' untuk orang atau mahkluk hidup, pernah mendengar 'sabuah' tapi sepertinya itu adalah peminjaman bahasa dan kurang masuk haha. Mari kita gunakan sabuah saja atau bisa diabaikan.

Pertikaian? Waduh ini nih, padanan bahasa banjar untuk "tikai" ada banyak, apakah : bakalahian, batimpasan, bapangkungan, basasambatan, batiwasan, basampukan, baukangan, baaduan, bakarakatan, bacakutan, baudaran, bahantupan, balapauan. Namun hal ini bisa dilakukan dengan mengeliminasi beberapa kata yang tidak sesuai dengan konsep bertikai seperti bapangkungan dan batimpasan yang lebih cocok untuk padanan kata tawuran, kata baaduan, basasambatan dan batiwasan juga bisa dihilangkan karena ini hanya mulut yang bertikai. Maka akan didapat kosakata bakalahian.

Selama = salawas, pas atau rahatan

Sebulan = sabulan

Berlangsung = tajadi, tajadinya

Antara = antara, duwa

Pendukung = pandukung/pamihak (?) saya lupa sepertinya pendukung ada padanan kata tersendiri dalam bahasa Banjar.

Mengakibatkan = maakibatakan/manyababakan. Lucu sih, kosa kata bahasa Banjar sarat akan imbuhan ma-akan, yang menjadi kata kerja sedang/telah terjadi (tenses banget Bay)

Hilangnya = hilangnya

Ribuan jiwa = ribuan ikung manusia.

Maka terjemahan dari kalimat : Sebuah pertikaian selama sebulan berlangsung di Aden, Yaman Selatan antara pendukung Ali Nasir Muhammad dan Abdul Fattah Ismail, yang mengakibatkan hilangnya ribuan jiwa adalah Sabuah parkalahian nang sabulan lawasnya tajadi di Aden, Yaman Salatan di antara pandukung Ali Nasir Muhammad lawan Abdul Fattah Ismail, nang maakibatkan ribuan ikung manusia maninggal.

Susah sih, soalnya bahasa Banjar itu cenderung bahasa lisan dan ketika dijadikan bahasa tertulis maka akan terjadi kerancuan dalam menentukan sususan kalimat yang benar, karena masing-masing daerah penutur akan menghasilkan susunan kalimat yang berbeda pula.  

 

Comments

  1. abis merapikan blog, konten2nya bayu jadi ga pelit cerita yak. enakeun gitu dibacanya haha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts