Akhirnya di Sulawesi
Ada saatnya saya ingin sendirian di dalam kamar, menyetel musik
lamat-lamat, tidak perlu keras sampai orang lain bisa mendengar tetapi
cukup bisa dinikmati. Itulah hari dimana rasanya lelah secara jiwa dan
raga. Hari dimana kerjaan berasa berat. Setelah panas-panasan di
lapangan seharian, ditambah mendapat pengarahan dari atasan yang bikin
hati dongkol, rasanya perlu istirahat yang berkualitas. Berbaring untuk
memulihkan raga, sedangkan jiwa dibantu dengan musik. Iya itu pelarian
saya.
Semenjak tinggal di Bombana, sebuah kabupaten baru di Bombana, saya
punya banyak rutinitas baru. Bekerja di perkebunan agak keluar jalur
sedikit. Awal-awal tiga bulan pertama, saya merasa salah memilih
kerjaan. Eh sebenarnya tidak memilih sih tapi ditawarkan, tapi tetap
saja rasanya ada yang salah. Tiga bulan pertama rasanya lama sekali
untuk dijalani. Ritme kerja yang sulit sekali polanya. Kadang santai
sekali, kadang hectic sampai sarapan rasa diburu-buru, bahkan
sampai mau nangis gara-gara salah paham orang lain yang dilimpahkan ke
saya, yang ternyata belakangan saya baru tau kalau itu semua adalah
‘sistem’ mereka.
Berkat disini saya belajar banyak tentang bagaimana bekerja. Tentunya
bekerja di perkebunan. Banyak norma-norma baru. Bagi orang-orang yang
latar belakang atau pekerjaan sebelumnya yang tidak berhubungan sama
sekali dengan perkebunan pasti kaget. Kalau tidak tahan dan mengganggap
ego pribadi lebih penting, pasti tidak tahan. Normanya jelek sih kalau
diceritain, tapi ya pasti sudah tau lah bagaimana perkebunan itu.
Yah, begitulah. Bisa dibilang suka duka setiap pekerjaan pasti akan selalu ada. Kalau nggak ada, mungkin kamunya gak peka.
Sukanya adalah bagi saya yang selalu penasaran dengan hal baru, saya
belajar banyak tentang dunia pertanian dari sector hulu dan dari sisi
sains. Kebetulan sekali saya di bagian riset yang kerjaannya tidak jauh
beda dengan perkuliahan. Main data, pengamatan, perawatan dan pembuatan
laporan.
Dukanya? Banyak haha. Kadang datang dari kerjaan yang sampai bingung ini maksud dan tujuan atasan itu kayak gimana sih, jadi ya usahanya cocok-cocokan sama selera atasan, bikin lelah soalnya. Dari teman kerja juga, apalagi kalau sudah main sikut-sikutan, wah, mending mundur deh. Fasilitas? Yah namanya juga berstatus proyek, harap maklum lah. Yang penting makan tiga kali sehari masih menjadi rutinitas saja~
Tapi saya tidak menganggap yang lain terlalu bermasalah. Bagi saya,
bekerja di tempat baru benar-benar menjadi keinginan saya. Masa bodo
orang mau bilang saya tidak ingat dengan kampung halaman lah, saya
sombong tidak mau kerja di Kalimantan saja lah, saya aneh karena suka
pindah-pindah kerja, apalagi yang bilang saya bego karena uang dipakai
buat jalan-jalan daripada beli motor kayak yang lain. Serah buhan pian haja dah.
![]() |
Kawasan tugu MTQ Kendari |
Dibalik ‘pengarahan’ atasan yang terjadi kapan saja, saya benar-benar
bersyukur bisa tinggal di Sulawesi dalam beberapa bulan. Bentang alam
Sulawesi Tenggara itu keren! Perbukitan daerah Bombana saja sudah keren
karena katanya dulu dibentuk akibat tsunami. Meski saya baru menjangkau
Kendari, Konawe Selatan dan Bombana, tetapi karena beda banget dengan
Kalimantan, saya suka. Saya bisa ke Air Terjun Moramo yang terkenal itu.
List tempat aja sudah menumpuk. Sulawesi adalah tanah yang harus
dikunjungi sekali seumur hidup. Eh gak deng, berkali-kali dalam hidup,
soalnya luas sekali.
Comments
Post a Comment