Pulau Kerdau

Pulau Mungil katanya, hangat tapi suasananya. Cerita semalam di Pulau Kerdau, dimulai dari sini.

Begitu penasaran kita semua terhadap seberapa mungil sih sebenarnya pulau Kerdau itu dan bagaimana rupanya. Terlebih kita berlima yang tinggal di Pulau Bunguran. Setiap postingan di IG dan cerita Rustam tentang pulaunya itu, kita semua hanya menanggapi dan membullynya. Kita selalu penasaran dan bertanya kapan bisa menginjakkan kaki disana. Jawaban selalu sama, tunggu jadwal kapal dan bila cuaca teduh.

Akhirnya tiba juga harinya, dengan formasi lengkap kita menuju Pulau Kerdau. Kata Bang Ip yang bersedia menjadi driver pompong kami, 2 jam waktunya. Cukup lama dan aku putuskan tidur saja hehe. Di tengah perjalanan katanya ada Lumba-Lumba lompat-lompat. Saking kecilnya, pulau ini tidak terlihat dari pulau Serasan, tapi dari pulau Kerdau malah kelihatan pulau yang lain. Beneran terasa kesendiriannya kalau di pulau ini.

Begitu sampai, para warga sedang duduk-duduk santai di depan rumah. Warganya begitu hangat dan begitu menyambut kami. Tidak terlalu kepo banget dengan latar belakang dan bagaimana hidup kami. Seperti tetangga sendiri dan tanpa dinding antara tamu dan penduduk. Hangat. Hangatnya terasa sampai memeluk kami hingga kami tidur diantara hujan yang menggoyang pohon kelapa, kami tetap nyenyak. 

Adalah Rustam, teman saya yang pertama kenal sejak seleksi IM di Makassar, yang berdiam disana selama setahun ditugaskan untuk menjadi guru di SDN 005 Pulau Kerdau. Begitu sampai ke sekolahnya, anak-anaknya sedang berolahraga. Satu-satunya sekolah di pulau ini dengan 27 orang murid. Jangan dikira akan sunyi, semangat mereka malah sampai ke Ranai hehe. Sekolahnya rutin mengirimkan peserta untuk Festival Anak Natuna selama dua tahun ini.

Kita pun mengenalkan diri di hadapan mereka dengan mencoba menahan diri karena badan rasanya capek banget namun harus tetap tersenyum dan terlihat maksimal karena kata Rustam muridnya begitu penasaran dengan kita semua. Kesan pertama mereka begitu polos. Namun ada satu anak yang nampak berbeda dengan yang lain. Rangga namanya. Anak kelas 3 yang begitu kuat pribadinya. Tidak seperti anak yang lain, ia begitu kuat keinginannya untuk ikut Festival Anak Natuna tahun depan. Untuk membanggakan orang tua katanya. Ia adalah anak yang matanya tidak bisa lepas dari kita semua.

Kesan kedua adalah patuh dengan guru. Ketiga adalah sederhana. Saya terkesan ketika melihat dua orang anak yang minum air putih sambil duduk.

Selama di pulau Kerdau, kami menginap di rumah Pak Saruji yang mana juga merupakan hostfam-nya Rustam. Beliau jago masak. Telur dadarnya lembut. Cake pisangnya enak. Bahkan Kopi Susu buatan beliau aja enak banget. Nasi gorengnya berkelas. Serius. Enak. 

Kebetulan sekali kami datang disaat warga ada acara, peringatan 10 Muharram. Selepas sholat Isya, kami makan bersama warga di dalam masjid. Aku mendapat rantang yang isinya ketupat dengan gulai ayam. Sumpah ini salah satu gulai ayam terenak sedunia! Ayamnya dicampur dengan nenas, rempah dan kerang laut. Ya rabb sayang banget gak sempat foto. Yang lucu adalah warganya makan dengan cepat tanpa cas-cis-cus dan buol-buol langsung pergi setelah makan. Tinggalah kami yang makannya lambat dan terbiasa senda gurau tawa canda kelakar.

Pulau Kerdau belumlah mendapat jatah listrik. Satu-satunya mesin diesel hanya cukup menghidupkan lampu dan peralatan listrik selama beberapa jam dan telah rusak selama beberapa hari ini. Namun air lumayan melimpah dari telaga (sumur) pribadi warga. Jadilah kita bermalam minggu tanpa lampu dan kami memutuskan untuk melanjutkan rapat di jembatan sembari mencari sinyal internet.


Gils, meskipun sekolahnya letaknya di tengah lautan Natuna yang ombaknya bisa menggulung, plang namanya ngalah-ngalahin plang nama sd di Bunguran 
Keramaian di Kerdau. Alami tanpa listrik mumpuni dan sinyal yang hqq
Anak murid kesayanganya yahsu Rustam hehe. Polos binggo.


Oh iya, SD Pulau Kerdau ini masuk kedalam Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. 

Comments

Popular Posts