Musik dan Saya
Saya menyukai musik. Meskipun tidak bisa menyanyi dengan bagus seperti
teman-teman saya yang dengan mudah mendengungkan sebuah nada atau
berkarir sebagai penyanyi cafe. Sesekali saya pergi karouke untuk
melepaskan penat, satu dua kali bernyanyi dengan lagu yang itu-itu
terus. Seingat saya, terakhir bernyanyi adalah di Ranai di sebuah tempat
karouke depan mesjid agung sehabis acara olimpiade sains.
Saya menyukai musik. Terlepas dari label oleh beberapa orang dengan
pandangan yang tidak menyukai alunan nada karena terlihat seperti tipu
daya setan. Iya, kalau kamu gunakan untuk hal-hal yang tidak berguna
untuk dirimu dan orang lain. Kalau kamu punya alasan dibalik
mendengarkan sebuah lagu, bisa jadi musik adalah salah satu jalan
hidupmu.
Saya menyukai musik. Maksud dari menyukai dari saya adalah tidak
tergila-gila dengan suatu band tertentu atau penyanyi yang sedang trend,
tetapi tidak keberatan apabila disuruh nyanyi di panggung dan tidak
keberatan menonton konser musik. Setelah satu tahun kemarin saya sering
'bernyanyi' di berbagai panggung tepatnya di panggung acara nikahan,
saya jadi merasa baik-baik saja jika harus bernyayi hehe. Menyukai musik
seperti saya cukup dengan bermain tebak judul lagu atau menyambung
lirik lagu. Iya, terinspirasi dari salah satu film, saya dan teman-teman
saya bermain ini. Parah sih, yang satu pengetahuan musiknya mantap
banget bahkan dia pernah mengklasifikasikan musik tahun 2010-an
berdasarkan kategori-kategori yang 'ini apaan sih?' salah satu
klasfikasi lagu yang teman saya buat dan saya masih ingat sampai
sekarang adalah lagu yang video musiknya berlatarkan pantai. Satunya
teman saya sering jadi MC dimana-mana, sudah pasti pengetahuan musiknya
juga bagus. Saya? hmmmmm kalau kategori ost anime saya baru percaya
diri.
Akhir-akhir ini saya sedang mengikuti sebuah variety show terbaru dari
Korea Selatan dengan tema utamanya adalah musik. Acara ini dikemas dalam
kuis-kuis dengan pesertanya dari artis-artis dan dipandu oleh MC yang
kocak. Ternyata acara ini adalah lanjutan dari Infinity Challenge yang
berhenti pertengahan tahun kemarin.
Acaranya penuh dengan tawa. Apalagi episode pertamanya mengundang banyak
penyanyi dari berbagai generasi dengan kemampuan komedinya yang khas
korea banget. Saya langsung menyukai acara ini. Konsepnya sederhana.
Bagaimana jika musik korea dari berbagai generasi ditampilkan dalam satu
waktu tayang. Peserta harus menebak lagu-lagu yang disajikan sebagai
soal. Soalnya berbagai macam bentuk, dari hanya berbentuk emoticon,
dinyanyikan oleh balita, mengisi lirik yang hilang, hingga menebak lagu
yang ditampilkan dalam komik bahkan ada babak dimana harus menebak
puluhan judul lagu dari lagu mash-up. Lagunya adalah lagu-lagu populer
yang merupakan hasil survey kepada penonton televisi, dari tahun 70an,
80an sampai lagu terkini. Saya kagum dengan bagaimana pribadi mereka
mengapresiasi lagu-lagu dari mereka sendiri. Satu lagi, entah kenapa
lagu-lagu korea punya gerakan ikonik dari setiap lagu. Misalnya adalah
saat lagu si ini diputar, otomatis semua peserta tau bagaimana
koreografi dari lagu tersebut. Hebat.
Saya kemudian teringat oleh sebuah acara dulu yang juga bertema musik.
Dibawakan oleh MC hits pada zamannya, Choky Sitohang. Tau judul
acaranya? Happy Song!
Saya ingat sekali menonton acara ini sambil menjaga toko ayah saya.
Tayang setelah pulang sekolah sehingga waktu yang pas untuk menonton
ini. Apa yang saya suka dari acara ini? Sederhana. Acara ini menampilkan
lagu-lagu dari tahun dulu-dulu sebelum saya lahir sampai 2010an yang
bahkan saya tidak tahu lagu itu ada tapi kok enak didengar. Saya
sempat-sempatnya mencatat setiap judul lagu yang ada di sebuah buku
khusus, kemudian pergi ke warnet untuk mengunduhnya dan menyimpannya di
komputer sebagai playlist tersendiri. Teknologi bekata lain. Bukunya
hilang. Komputernya rusak gara-gara korsleting. Hilanglah sudah harta
karun saya berupa file digital lagu-lagu Indonesia yang bagus.
Berikutnya saya mencoba mengumpulkan soundtrack anime-anime dari masa
kecil saya. Berlanjut hingga berkenalan dengan penyanyi dan grup band
dari Jepang yang saya ikuti sampai sekarang, diantaranya Greeeen dan
GooseHouse. Kemudian ketika mendengar lagu Heavy Rotation, saya
berlanjut berkenalan dengan AKB48 yang menjadikan saya wota diam-diam.
Iya, saya terlalu menyukai 48group. Musik mereka unik, itu saja.
Pencapaian zaman kuliah : ke markas NMB48! |
Tahun 2010an, drama korea mulai masuk, dimulai dari Boys Before Flowers.
Teman saya merekomendasikan drama ini setiap hari saat di SMA dan dari
sinilah saya mulai penasaran bagaimana musik menjadi bagian dari sejarah
suatu bangsa. Korea Selatan. Saya mengikutinya mulai dari menonton
film-film mereka yang bertemakan musik. Mencatat background music dari
Running Man, sampai puncaknya di Reply 1988 yang juara sekali
soundtracknya!
Tahun 2010 juga, saya menonton serial Glee dimana episode saat itu yang
ditayangkan ketika Lea Michele menyanyikan lagu Poker Face dengan
aransemen ulang. Saya langsung menyukai serial Glee dan larut dalam
euforia Glee. Saya bahkan berkeinginan suatu saat nanti ke Amerika untuk
pergi ke lokasi syuting Glee. Apa mau dikata, Glee berakhir di season
6.
Saya punya teman dekat yang menyukai hal-hal yang sama. Buku, Film,
Instagram dan Musik adalah hal yang sama-sama kami sukai. Obrolan kami
hanya seputar itu saja. Membosankan? Tidak sama sekali. Saya menyukai
obrolan yang detail, bukan basa-basi. Sewaktu masih SMA, kami berdua
adalah penyuka program tv berbasis musik, haha. Saya ingat sekali
obrolan pagi-pagi di sekolah adalah 'siapa juara 1 top 40 inbox
kemarin?' ..... 2010 menurut saya adalah dimana masa remaja paling asik.
Saya dimanjakan oleh lagu-lagu dari grup band tahun 2000an yang masih
bertahan juga band-band baru. Sampai-sampai saya menyukai sebuah lagu
D'massiv hanya karena teman saya menyanyikannya dengan bagus saat
perpisahan sekolah. Saya bahkan mendaftarkan diri jadi tim medis saat
ada konser Geisha di dekat kampus. Sampai sekarang juga akan masih ingat
kalau di tes lagu-lagu hits Hijau Daun, Last Child, The Titans atau
lagu-lagu dari grup band kebanggan mahasiswa, Sheila on7.
Musik bagi saya bukan sesuatu yang harus kita labeli tentang boleh
tidaknya. Musik ada karena manusia mulai berpikir tentang harmonisasi
yang mungkin saja akibat dari mengagumi ciptaan Tuhan yang maha kuasa.
Bisa jadi, pemusik awalnya hanya mendengarkan suara berisik dari angin
yang menggesek bambu atau suara hujan di malam hari dan menuangkannya
dalam not-not balok. Bagi orang tertentu yang peka, musik menyajikan apa
yang bisa ia lihat padahal ia tidak beranjak. Musik membuat orang-orang
menghentakkan kaki mereka, menyeleraskan dengan denyut nadi mereka dan
membiarkan musik tersebut mengalir. Itulah alasan dari kita masih
terngiang dengan musik yang menemani kita saat masih kecil, remaja
hingga ke momen-momen tertentu. Karena musik begitu universal, ia juga
lintas dimensi dan generasi.
Udah ah, saya ngomong berasa ahli analisis musik saja. Meh.
Comments
Post a Comment