Pasca Penugasan Part 1
spoiler : Cerita ini
akan bersetting di beberapa kota besar di Indonesida dan mungkin akan
merangsang inda pengecap kamu.
Sebelum ke
cerita utama, dalam hati masih bertanya-tanya. Ini siapa sih yang punya ide
untuk keliling jawa sehabis OPP!
Iya,
setelah Orientasi Pasca Penugasan Pengajar Muda XIII, kami (anak-anak Natuna)
berdelapan sudah siap dengan segala peralatan tempur. Kemana ? ya pergi ke
rumah kami juga. Eh maksudnya rumah mereka eh terserah lah bagaimana, jadi selama satu tahun
bersama di Natuna, aku punya teman satu tim yang berasal dari daerah-daerah
yang berbeda-beda. Kebanyakan dari pulau Jawa dan hanya aku, Rustam dan Pahala
yang berasal dari daerah yang sama-sama berbeda juga. Sisanya dari mana aja ?
baca terus cerita dibawah ini saja, kawan. Siapkan teh dan kudapannya.
Cece
mendapat tempat pertama untuk kami kunjungi, maksudnya berantakin rumahnya,
maksudnya berantakin rumahnya yang satu lagi. Udah kebayang kan rumahnya ada berapa ? sekalian kami
juga numpang makan. Maaf ya Ce, setahun di Natuna, kita juga kangen makan ayam
berbumbu khas rumahan, apalagi sayur mayur segar dan bernutrisi. Kesannya
adalah rumah Cece sangat pas sebagai transisi dari penempatan menuju kehidupan
perumahan elit perkotaan. Rumah Cece khas banget rumah generasi milenials
sekarang, anak komplek! Kita diajak Cece, eh maksudnya kita minta Cece ngajakin
kita jalan-jalan ke UI, ke mall depok sama diajarin menggunakan kartu KRL hehe. Hal yang
mengganggu dari rumah hanyalah begitu aku dan Dita tiba dirumahnya, Cece punya kesempatan langsung melepas
kangen dengan orangtuanya dan ketemu kasurnya. Ce, aku iri. Iri sangat.
Setelah itu
kita pergi ke rumah tante Hanna dan Om Akbar. Dua orang paling jenjang. Dasar
kita ya. Sempat-sempatnya membuat repot orang rumah dengan cara titip
mengirimkan barang sebanyak 4 kardus besar ke kantor pengiriman barang lewat ayahnya buk Hanna. Bahkan
sempat-sempatnya makan soto daging! Ini makanan khas batak kan, Han? enak lho.
Sudah lama tidak makan daging dengan kuah banyak. Rumah Hanna terletak di mana
ini buk Han ? ……….. ketika ingin pergi ke rumah Akbar, hujan datang dan
tiba-tiba rumah Hanna banjir dong!
Sudah
diburu waktu juga, akhirnya kita bertujuh (hemm) menuju rumah Akbar. Dari
Cempaka Putih menuju Kali Deres ya saya pikir kaya main kerumah tetangga
sebelah, 15 menit paling nyampe. Ebuset, satu jam setengah, mobil masih terdiam
di jalan raya. Rupanya rumah Akbar berada di perumahan elit. Iya elit, banyak
banget jajanannya. Yah gimana sudah dari kecil dibentuk kebiasaan ngemilnya
Akbar hehe. Dirumah Akbar, kita disuguhin makanan rumahan banget, soalnya orang
tua Akbar buka usaha warung makan dirumahnya. Juara deh Bar, ayam gorengnya,
sayurnya. Kelar urusan makan dan silaturahmi di PM jabodetabek, kita meluncur
ke Bandung.
Perjuangan
ke Bandung, mirip ama pejuang kemerdekaan ya. Sempat pula jatuh di rel KRL,
terus ngalamin lagi berjuang menembus padatnya manusia yang berjubel untuk bisa
masuk diangkut KRL.
Sesampainya
di Bandung, kita disambut sama pemuda Antapani, Kang Bunbun.
*salim *colek dikit. Bersyukur banget dibolehin Bunbun nginap dirumahnya,
padahal kita datang sudah lewat tengah malam, tapi si Bunbun mau aja jemput
kita di stasiun. Paginya eh kita dikasih sarapan yang nyunda banget, soalnya
ada tahu dan timunnya hehe, begitu mulia hati bunbun ya terus kita dianterin
jalan-jalan keliling Bandung, eh nggak dengan cuman main ke ITB, Mesjid Agung dan makan
siang yang nyunda sekali di Jalan Natuna. Murah banget lah kalau makan di sini,
kita berdelapan makan cuma habis 130an ribu.
Malamnya
kita menginap di Hotel apa gitu yang cuma bayar 80ribu per malam gara-gara
pakai poin telkomsel hehe. Nyaman banget hotelnya. Siangnya nongkrong cantik di
Cisangkuy dan berangkat dong ke Yogyakarta dengan lari-lari karena nunggu
Pahala anterin bawaan kita semua haha. Dikira kita yang paling telat, eh
ternyata ada lagi yang lebih telat haha!
![]() |
dan kereta malam pun berlanjut … |
![]() |
sebuah bukti kalau liburan berdelapan |
Comments
Post a Comment