Sangatta, drama bis, obat dan kantong muntah.
Alhamdulilah,
sudah pernah menginjakkan kaki di kota Sangatta, sekaligus bertemu sanak
saudara yang terakhir ketemu sewaktu masih SD. Banyak sekali pengalaman baru
dan seru yang didapat di kota ini. Dalam rangka mengikuti kegiatan FKK-Himagri,
Forum Komunikasi Keluarga Himpunan Mahasiswa Agronomi dan
Agrotek/Agroekoteknologi se-Indonesia yang berlangsung dari tanggal 9-14
Desember 2013 kemarin di Sangatta, Kalimantan Timur.
Rasanya
sangat bersemangat sekali sewaktu ingin berangkat, mengira-ngira pengalaman apa
yang akan didapat dan seperti apa kota dan teman-teman disana.
Dengan
diiringi hujan lebat sejak sore dan menyebabkan banjir di depan Unlam setinggi
trotoar, sampai-sampai ada yang harus berkorban sendalnya hilang, kami kumpul
di Gerbang Unlam bersama dengan teman-teman dari UNPAR. Jam 8 malam bis-pun
datang dan kami segera berangkat, segera saja segala sesajen disiapkan, minyak
kayu putih lah, antimo lah, antangin lah, dan lain-lainnya. Entah kenapa suhu
didalam bisa turun sedikit demi sedikit. Hingga jam 9 malam, bis berhenti di
rumah makan, aku pesan cingur pedas manis, biar ah mau muntah atau tidak yang
penting santap dulu.
Selanjutnya
terserah, pokoknya tidur sepanjang jalan dan tiba-tiba jam 6 pagi sampai di
Simpang tiga-yang-tidak-diketahui-namanya, relaksasi sebentar dan lanjut lagi
hingga jam 12 sampai di seberang teluk Balikpapan menuju Samarinda dan
terjadilah peristiwa
oper-mengoper-penumpang-akibat-lelah-muntah-dan-bukan-arah. Kami diturunkan di
km 50 di Bukit Soeharto depan Rumah Makan Tahu Sumedang karena bis yang kami
tumpangi hanya sampai Samarinda saja, sedangkan bis yang akan kami tumpangi
akan lanjut sampai Bontang. Kami mau saja diperdaya oleh supir-supir bis yang
terlihat seperti preman….
Hingga jam
4 sore baru sampai Samarinda dan masih lanjut perjalanan hingga 4-5 jam dan akhirnya kami diturunkan (lagi) di
simpang tiga Sangatta-Bontang. Huaahhhh, mana body masih pegal dan pusing
ditambah harmonisasi suara muntah dari teman-teman. Menunggu hingga kurang
lebih satu jam, dapat carteran yang mau dibayar hampir setengah harga, mungkin
pamannya kasihan melihat kami. Baru saja jalan 10 menit, teman-teman muntah
lagi dan tak kasih peringatan, jadinya mobil jalan mereka muntah, …..hmmmm,
labil.
Sampai di
Sangatta sudah jam 22.30, kami memutuskan untuk istirahat saja karena badan
rasanya sudah setengah lagi sisanya, sisanya tercecer dijalan… dan total
perjalanan kami adalah 26 jam, mau ?
Comments
Post a Comment